Beberapa survai mengunggulkan Susilo Bambang Yudhoyono, namun peluang Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla untuk memenangkan pemilihan presiden masih terbuka lebar.
Sesaat setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan sahnya nomor urut tiga kandidat pasangan calon presiden-calon wakil presiden --- Megawati Seokarnoputri-Prabowo Subianto (1), Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (2), Jusuf Kalla-Wiranto (3), gendrang kampanye pemilu presiden, secara resmi dimulai.
Beragama rangkaian kalimat muncul untuk menarik simpati rakyat pemilih. Bahkan begitu gencar masuk ketelinga publik. Mata rakyatpun terhujam berbagai baliho, spanduk, iklan televisi yang ditampilkan ketiga pasangan kandidat capres-cawapres.
?Kami memang ingin membawa perubahan dalam pemerintahan di negeri ini. Kami akan memajukan ekonomi rakyat. Kami ingin membuat bangsa ini mandiri. Kami ingin menciptakan sembako murah. Kami ingin membrantas korupsi. Dan kami ingin meraih kekuasaan yang melekat pada kursi kepresidenan.?
Saling berbalas pantun, antar sesama kandidat capres pun tak ketinggalan. Tampaknya ketiga pasangan ini, memiliki sekelompok guru sastra. Halus?santun dan menohok sanubari dan memikat publik. Sebagai politisi, penggiringan opini yang dilakukan ketiga kandidat presidenan sah-sah saja.
Makanya, jangan heran kalau dalam beberapa pekan mendatang banyak lagi kampanye yang akan mereka lakukan. Sebuah trik untuk mensiasati jadwal kampanye yang teramat sempit.
Untuk publikasi, tim sukses capres sudah menyiapkan kelompok wartawan dari berbagai media yang siap mengikuti langkah para kandidat ke mana saja. Bukan hanya wartawan politik, jurnalis infotainment juga termasuk di dalamnya.
Jurus ini memang terbukti untuk menjaga tingkat popularitas para kandidat. Berkat popularitas itu, berbagai lembaga survai akan memprediksi pasangan mana yang akan unggul pada pemilu presiden mendatang. Para responden tidak hanya warga perkotaan, tetapi juga dari desa.
Dari penelitian nanti akan disebutkan, kandidat B unggul lebih dari 60 persen di berbagai propinsi, kecuali wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Suara tambahan untuk pasangan kandidat itu banyak diperoleh dari pendukung Partai XYZ.
Bahkan, Partai J yang sudah menjalin koalisi dengan Partai K, untuk mengusung kandidat C, tidak mampu mempengaruhi massanya. Penelitian nanti akan menyebutkan, sebanyak 68 persen warga Partai J memilih kandidat B, tidak memilih C. Hanya delapan persen yang berpihak kepada capres C.
Di kalangan kelompok keagamaan, ditemukan sebanyak 77 persen memilih kandidat B. Hanya 16 persen yang mendukung kandidat A. Lainnya mengambang.
Tapi perlu diingat, hasil penelitian tersebut bersifat sementara. ?Ini merupakan penelitian awal. Kemungkinan besar tren pemilih akan berubah seiring dinamika pemilu.? Benar-tidaknya penelitian itu, sepenuhnya tergantung sikap masyarakat.
Dari penelitian itu, sebanyak 23 persen pendukung kandidat C mengaku akan mendukung kandidat B. Sementara, hanya tujuh persen yang mencoblos capres A. Sedangkan para pendukung capres A,sebanyak 19 persen akan memberikan suara untuk capres B, sementara untuk capres C hanya tujuh persen.
?Dengan perhitungan itu, kami perkirakan pasangan capres B akan mendapat limpahan suara mencapai sepuluh juta dari pendukung dua kandidat lainnya. Lainnya, hanya mendapat sekitar tiga juta.?
Boleh jadi, survai itu akan membuat para pendukung capres B bersorak gembira. Namun yang harus diingat, sebuah survai bukanlah gambaran utuh dari pertarungan sesungguhnya. The real fight baru akan berlangsung 8 Juli mendatang.
Anggota tim sukses capres yang tak populer akibat hasil survai, biasanya mengaku tidak terkejut dengan hasil survai itu. Mereka tahu kalau beberapa peneliti di lembaga survai adalah pendukung capres tertentu.
?Bagaimana mungkin hasil penelitian itu berjalan objektif.? Ia lalu menyebut nama bos lembaga survai yang banyak terlibat dalam merancang kampanye capres yang populer itu. Dia lalu menuding hasil survai itu berbau rekayasa untuk mempengaruhi opini publik.
Situasi politik yang berkembang saat ini memang tidak bisa dijadikan acuan untuk melihat dinamika yang berkembang di masyarakat.
?Hasil survai belum bisa jadi ukuran. Peluang ketiga kandidat masih sama.? Dalam hitungan jam, popularitas seseorang bisa saja fluktuatif. Bukan tidak mungkin dalam rentang tiga pekan ke depan, popularitas capres A atau C akan bisa menyalib capres B.
Tetapi, tunggu dulu. Memasuki pertengahan Juni 2009, popularitas capres C melonjak menjadi 26,6 persen. Sebaliknya, capres B turun menjadi 33 persen. Kalau saja penelitian itu benar, berarti ada kenaikan pula pada citra capres C sebesar 15,6 persen.
Untuk menghadapi ancaman itu, mau tidak mau capres A dan C harus bekerja keras mengambil hati rakyat. Situasi arus bawah inilah yang membuat popularitas ketiga kandidat terasa pincang. Tim sukses A dan C sangat menyadari hal itu. Makanya, dalam tiga pekan ke depan mereka telah mengagendakan sejumlah kegiatan yang sifatnya lebih bermasyarakat. Pasangan tersebut akan banyak terjun ke daerah untuk ?menebar pesona? sehingga masyarakat lebih memahami misi dan visi mereka.
Jika rencana mereka berjalan lancar, sungguh, laju C atau A menyalib B terbuka lebar. Apalagi, sudah mendapat banyak dukungan dari kalangan elite politik.
Sejumlah rekomendasi dari lembaga penelitian juga muncul untuk mendorong kandidat A dan C untuk lebih berani mengeluarkan kebijakan populis guna menarik simpati massa. ?Keunggulan itu bisa menjadi alat pendongkrak efektif bagi mereka.?
Memang, ada beberapa isu yang mujarab sebagai pendongkrak popularitas. Antara lain menyangkut ekonomi riil, seperti: harga Barang, lapangan kerja, biaya pendidikan, utang luar negeri dan intervensi asing.
Buntutnya, pemenang pilpres akan sangat ditentukan oleh strategi komunikasi yang diterapkan para kandidat. Berdasarkan survai preferensi pemilih, ternyata separuh pemilih (sekitar 49 persen) baru memutuskan pilihannya pada saat hari H-nya.
Iklan dan acara debat di televisi cukup berperan sebesar 37 persen dalam mempengaruhi pilihan pemilih. Karena itu, hasil sebuah survai yang dilakukan saat ini, masih berpeluang untuk berubah pada 8 Juli mendatang.
© Copyright 2024, All Rights Reserved