Pengerukan tumpukan material hasil erupsi Gunung Merapi, kini menjadi perhatian serius dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Setidaknya, 70 alat berat dikerahkan untuk mengeruk material tersebut. Fokus utamanya material yang menumpuk di Kali Krasak.
Pengerahan alat berat tersebut dikemukakan oleh Ketua BNPB. Syamsul Maarif, usai rapat mengenai Penanggulangan Bencana Wasior, Mentawai, dan Merapi, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (11/01). "Saat ini telah dikerahkan 70 alat berat, yang terutama di Kali Krasak."
Diterangkan Syamsul, kendala yang dihadapi dalam menangani banjir lahar dingin di sejumlah area di Merapi adalah hujan. Bila hujan turun di puncak Merapi, alat berat tidak berani untuk melakukan pengerukan. Banjir lahar dingin sebelumnya sempat menyeret 2 dari alat berat tersebut, namun berhasil diselamatkan.
“Kalau di atas ada curah hujan itu alat berat enggak berani masuk, karena sudah ada 2 alat berat yang hanyut. Jadi terkendala itu. Begitu reda, mereka langsung masuk," terang Syamsul.
Lebih Syamsul menyebut, banjir lahar dingin yang membawa batu-batu besar menimbulkan sejumlah kerusakan infrastruktur berupa jembatan putus. Satu jembatan belly yang dibangun oleh Kodam Diponegoro juga hanyut terbawa arus air.
Sementara puluhan rumah penduduk yang berada di aliran sungai, rusak berat diterjang material yang dibawa banjir.
“Terutama kecamatan Salam, Magelang. Dulu kan awal-awal daerah Code dan Opak, tapi sekarang banyak ke daerah daerah sana."
Syamsul menjelaskan, pihaknya sudah meminta kepada Pemda setempat untuk memperbaiki jembatan yang rusak dan memasang jembatan belly. Namun, pemasangan jembatan belly itu juga harus memperhatikan curah hujan.
"Pemasangannya harus berdasarkan curah hujan. Sebab kalau kita baru bangun seperti di jembatan Srowol akhirnya rusak karena derasnya air," ujar dia
© Copyright 2024, All Rights Reserved