Rekonsiliasi yang dilakukan dua kubu yang sempat berkonfilk di Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) ini dilakukan atas kesadaran tiap kubu yang bertikai. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mengatakan, dirinya tidak ambisi mempertahankan kekuasaan. Meminjam filsafat jawa, ia memilih jeneng ketimbang jumeneng.
Hal itu disampaikan Aburizal dalam pidato politik terakhirnya saat pembukaan Munaslub Golkar di Bali Nusa Dua Convention Center, Sabtu (14/05) malam. "Kami tidak terpaksa dan tidak dipaksa dalam melaksanakan Munaslub Partai Golkar ini," ujar ARB.
Dikatakannya, konflik Golkar seharusnya selesai saat Mahkamah Agung memenangkan gugatan yang diajukan kubu Munas Bali. "Pemerintah juga mengesahkan kepengurusan rekonsiliasi tanpa syarat apapun, termasuk untuk diselenggarakannya Munas Luar Biasa (Munaslub)," tutur Aburizal.
Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM memang mengesahkan kepengurusan Partai Golkar dengan Aburizal sebagai ketua umum dan Agung Laksono sebagai wakil ketua umum itu hingga 2019. Namun, Aburizal mengaku tidak ingin mempertahankan kekuasaan itu.
"Kalau untuk sekedar mempertahankan kekuasaan, kita tidak berada di sini malam ini. Namun saya ingin meminjam kata-kata Jawa, saya memilih jeneng ketimbang jumeneng. Saya memilih nama baik ketimbang kedudukan," lanjutnya.
Ditambahkan ARB, kekuasaan seharusnya dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Kekuasaan bagi ARB tidak seharusnya dijadikan tujuan. "Kekuasaan cuma instrumen mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri," ujarnya.
Aburizal berharap para kandidat yang bersaing merebut kursi ketua umum untuk tetap menjaga persatuan. "Jadikanlah Golkar pohon rindang yang teduh, yang menaungi semua spektrum di dalamnya," katanya.
Dipanggung Munaslub itu, ARB juga menyinggung hubungan Golkar dengan Koalisi Merah Putih (KMP) terkait sikap Golkar yang kini menyatakan mendukung pemerintah. "Doktrin partai kita berbeda. Keahlian kita pada pengelolaan kekuasaan, bukan pada perlawanan terhadap kekuasaan," uajr ARB.
Keputusan Golkar mendukung pemerintahan Jokowi-JK disebut ARB adalah rekomendasi Rapat Pimpinan Nasional. Namun selain itu, Golkar memang tak punya keahlian beroposisi. Golkar dari dulu pro pemerintahan, maka bila menjadi oposisi tentu akan kikuk. "Kita ahli membangun, kita jagoan dalam berkarya, tetapi barangkali rikuh dalam jati diri dalam bergerak sebagai oposisi."
Meski kini mendukung pemerintah, ARB mengatakan, Golkar tetap memiliki visi dan misi yang sama dengan KMP. Untuk itu ia meminta agar KMP tidak menganggap Golkar berkhianat. "Bukan berarti kita menjilat ludah sendiri. Sebelumnya, hanya masalah teknis politis," kata dia.
"Kepada KMP, tali perkawanan kita tidak berubah sedikit pun. Mimpi dan kerinduaan kita masih sama, cita-cita tidak berbeda," sambungnya.
ARB lalu menegaskan agar KMP tidak meragukan peran Golkar. Bahwa partai yang hendak melangsungkan pemilihan ketum itu akan tetap memperjuangkan apa yang diperjuangkan bersama dengan KMP. "Untuk itu saya tidak ragu sedikitpun, arah kapal besar kita tetap sama, kita hanya memutar sedikit, untuk kekaryaan," tandas ARB.
Dukungan Golkar kepada pemerintah, akan semakin dikuatkan melalui Munaslub ini. "Siapapun nanti yang terpilih menggantikan saya terikat pada satu kesepakatan mendukung pemerintah Jokowi-JK. Dan merehabilitasi terhadap kader partai yang dipecat saat munas sebelumnya," tandas ARB.
© Copyright 2024, All Rights Reserved