Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) akan membuat solusi permanen untuk mengatasi kekeringan di daerah sentra pertanian. Yakni program pembangunan embung, sumur dalam, dan sumur dangkal, agar lahan tadah hujan tetap produktif.
"Pemerintah mengatasi lahan tadah hujan pada musim kemarau saat ini, dengan solusi permanen program pembangunan embung, sumur dalam dan dangkal," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di sela kunjungan kerja di Desa Giriroto, Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (28/07).
Menurut Amran, pembangunan itu sebanyak 10.000 hingga 20.000 embung, membuat sumur dalam/dangkal di seluruh Indonesia termasuk Desa Giriroto, Boyolali ini. Dananya sebesar Rp2,2 triliun tahun ini, untuk seluruh Indonesia.
"Anggaran itu, dari dua sumber yakni diambil langsung dari Kementerian Pertanian dan dana alokasi khusus," ujar Amran.
Amran mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) meminta Pemerintah Kabupaten Boyolali segera mengajukan proposal untuk dibangun sebanyak 100 titik sumur dangkal di lokasi pertanian lahan tadah hujan.
"Kami meminta 2 minggu ke depan segera dikerjakan pembangunan sumur dangkal agar petani lahannya tidak kekeringan. Sehingga, lahan yang sebelumnya tidur dapat segera bangun dan berproduksi serta petani juga bersemangat," kata Amran.
Jumlah sumur dangkal sebanyak 100 titik di Boyolali tersebut masih dapat bertambah sesuai permintaan petani. "Kami persiapan anggaran untuk mengatasi daerah kekeringan tahun ini sebanyak Rp800 miliar, sedangkan tahun depan disiapkan sekitar Rp2 triliun khusus untuk pembangunan embung di seluruh Indonesia," kata Amran.
Amran mengatakan, Kementan telah menyiapkan pembangunan embung untuk lahan seluas 3,3 dari delapan juta hektare lahan tadah hujan di Indonesia. “Jika ini bisa optimal, maka lahan selama enam bulan yang seharusnya tidak ditanami akan bangun,” kata Amran.
Dalam kunjungan kerja di Desa Giriroto Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Mentan Amran juga memberikan bantuan sebanyak 10 unit traktor tangan dan 10 unit mesin diesel pompa air untuk enam kelompok tani Giri Mulyo di Giriroto.
Sementara, Ketua Gapoktan Giri Mulyo Desa Giriroto, Taqwin mengatakan, lahan tadah hujan di Desa Giriroto tersebut seluas sekitar 224 hektare. Pada musim kekeringan saat ini, para petani banyak mengeluh karena kesulitan air untuk lahan pertaniannya.
"Kami bisa tanam padi dua kali selama satu tahun dengan kapasitas produksi rata-rata lima hingga enam ton per hektare. Kami sebagai selingan tanam palawija kacang tanah," kata Taqwin.
© Copyright 2024, All Rights Reserved