Pidato kunci yang disampaikan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Konferensi Parlemen Asia Afrika mendapat standing ovation dari perserta konferensi parlemen Asia Afrika. SBY berpidato tanpa teks dalam bahasa inggris. Ia mengangkat tema tentang kemintraan dan masalah yang dihadapi bangsa-bangsa Asia Afrika.
“Sepuluh tahun lalu saya menyelenggarakan peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika, di situ terlihat bagaimana eratnya kemitraan kita. Saat itu saya menginisiasi New Asian-African Strategic Partnership," ujar SBY diawal pidatonya.
SBY kemudian menyatakan apresiasinya terhadap peringatan KAA yang kembali digelar. Menurut dia saat ini merupakan momen tepat untuk kembali mempererat hubungan antar negara.
“Kalau dulu anti kolonialisme dan anti penjajahan, sekarang setelah kita merdeka kita tetap fight for justice atau keadilan, juga perdamaian dan kesejahteraan termasuk permasalahan di Palestina," ujar SBY disambut tepuk tangan para hadirin.
Peserta dalam pertemuan ini adalah para delegasi Parlemen Asia-Afrika, termasuk seluruh anggota DPR RI. SBY yang kini menjadi Chairman of Global Green Growth Institute (GGGI) berpidato dengan jelas dan tegas.
SBY juga sempat memuji Pidato Presiden Jokowi. “Kita sudah dengar pidato Presiden Jokowi, saya menambahkan pidato saya tadi yang lebih praktis, apa yang bisa dilakukan oleh negara Asia-Afrika," kata SBY.
SBY mengatakan, kemiskinan masih menjadi masalah utama di negara-negara Asia Afrika. Saat ini kemiskinan yang ada di Asia Afrika sudah turun menjadi hanya 20 persen, dibandingkan 80 persen pada tahun 1950-an. Namun, angka tersebut belum cukup memuaskan dan harus tetap diperbaiki.
“Kemiskinan tetap menjadi masalah utama Asia-Afrika, termasuk di Indonesia. Di Asia-Afrika, 700 juta penduduk hidup dengan penghasilan di bawah 1 dolar Amerika per hari," kata SBY.
Akibat rendahnya kesejahteraan itu, banyak penduduk yang tidak bisa mendapat akses kesehatan yang baik. Banyak masyarakat yang meninggal karena harus menderita penyakit-penyakit seperti malaria dan tuberkolosis.
“Jawaban untuk semua ini adalah pertumbuhan ekonomi. Asia-Afrika harus melihat agenda besar untuk menumbuhkan ekonomi bersama-sama," ujar SBY.
Tantangan untuk memajukan Asia-Afrika saat ini, lanjut SBY, seharusnya lebih mudah dibanding yang dilakukan Soekarno 60 tahun lalu. Sebab, negara di Asia Afrika sudah mempunyai banyak sumber daya untuk dikembangkan.
Negara-negara di Asia Afrika saat ini tidak hanya menjadi pasar bagi negara lain, tapi juga bisa memproduksi kebutuhannya sendiri. "Kuncinya adalah sistem pemerintahan yang baik untuk membangun kerja sama ini. Apapun model ekonomi dan paham politiknya, tanpa pemerintahan yang baik, hal itu tidak akan tercapai," ujar SBY.
Di akhir pemaparannya, SBY mendapatkan standing ovation selama lebih dari 1 menit dari para peserta. SBY kemudian meninggalkan ruangan setelah memberikan salam hormat kepada peserta konferensi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved