Fenomena big data saat ini menjadi pembicaraan di masyarakat. Pemanfaatan big data telah diwujudkan dalam bentuk penerapan kota cerdas (smart city). Apabila dikelola dengan baik, big data dapat memberikan manfaat bagi pengambilan kebijakan publik yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Big data menjadi kunci membangun ekonomi yang terakselerasi yang mampu menjawab tantangan negara ekonomi digital.
Dekan Fakultas Ilmu Adminsitrasi (FIA) Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI, Bambang Irawan, mengatakan pemanfaatan big data yang disertai dengan kolaborasi lintas institut, baik pemerintah, lembaga negara, akademisi maupun industri dapat menghasilkan informasi yang berharga dalam pengambilan keputusan. Sehingga tujuan pemerintah untuk menempatkan Indonesia sebagai negara digital ekonomi terbesar di Asia Tanggara tahun 2020 akan tercapai.
“Sayangnya, pemahaman masyarakat tentang big data hanya sebatas data besar terkait informasi melalui penggunaan media sosial dengan jumlah yang terbatas. Padahal sebenarnya big data bukan hanya informasi yang tak terbatas, melainkan lebih tentang menerimai informasi berkualitas pada waktu tertentu yang signifikan terhadap suatu masalah,” katanya kepada politikindonesia.com disela-sela Seminar Nasional bertema “Kesiapan, Peluang dan Tantangan Pengguna Big Data Dalam Ekonomi Digital, di Jakarta, Minggu (13/05).
Dia menjelaskan pesatnya berbagai aktivitas berbasis digital telah menciptakan data yang besar dan bervariasi. Dimana, data yang dihasilkan secara cepat langsung diolah sedemikian rupa menjadi big data. Lalu, disimpan sebagai informasi dan pengetahuan. Sehingga pemanfaatannya juga digunakan menggendalikan inflasi beberapa komoditas pangan dibeberapa kota di Indonesia.
“Makanya, peluang penerapan big data pada sejumlah sektor di Indonesia masih sangat besar seiring perkembangan teknologi yang berkembang semakin pesat. Sayangnya, fenomena big data telah merontokkan retail-retail besar dihampir semua negara. Demikian juga dalam hal pekerjaan, diperkiraan ada 12,5 persen jenis pekerjaan yang hilang dan digantikan oleh mesin maupun robot. Inilah pentingnya kita sema mempersiapkan diri. Apakah kita bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, atau kita menyerah kalah,” ungkapnya.
Sementara itu, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menanbahkan, ekonomi digitas dan big data, keduanya saling terkait karena pertumbuhan ekonomi digital akan membutuhkan dukungan big data. Selain itu, keduanya sama-sama berbasis pada pengguna internet. Sekitar 55 persen dari penduduk Indonesia adalah pengguna intenet aktif yang menjadi potensi besar bagi berkembangnya ekonomi digital.
“Jumlah pengguna internet itu sekaligus menjadi potensi bagi tumbuhnya industri dibidang teknologi. Apalagi saat ini perusahaan teknologi terus bermunculan di Indonesia dengan menyediakan aplikasi teknologi untuk berbagai kebutuhan seperti alat transportasi, aplikasi belanja, aplikasi kesehatan, pendidikan dan lainnya,” ulasnya.
Dia mengutarakan, saat ini semakin banyak perusahaan yang bergerak dibidang teknologi. Hal itu terjadi karena makin banyaknya kebutuhan manusia yang bisa diperoleh melalui aplikasi teknologi, maka data yang terkumpul akan semakin besar. Ini terjadi karena setiap mengakses aplikasi, orang diminta mengirimkan atau melaporkan datanya terlebih dahulu. Oleh sebab itu, pada era digital seperti sekarang ini, siapapun bisa masuk dan menjadi pengusaha teknologi. Tidak harus mereka yang memiliki modal besar atau memiliki jaringan kuat.
“Namun, industri digital di Indonesia masih didominasi oleh pemain-pemain besar. Padahal peluang terbuka bagi siapa saja. Apalagi data memang terbuka dan bisa dimasuki oleh siapa pun. Karena itu, kami mendorong anak muda, khususnya para mahasiswa untuk terjun menjadi pengusaha dibidang teknologi. Karena peluang ekonomi digital masih terbuka sangat lebar dan bisa dimasuki oleh siapapun,” papar Samuel.
Pada kesempatan yang sama, Roy Suryo. anggota Komisi I DPR RI tersebut menjelaskan pada era big data ini, penggunaan teknologi memegang peranan paling vital. Karena otomatisasi kapan saja bisa terjadi. Dimana, sejumlah jenis pekerjaan digantikan oleh robot dan mesin. Dengan memegang big data, sesungguhnya semua informasi ada ditangan kita. Apapun bisa dilakukan, bahkan memonitor kepadatan lalu lintas dan memperkirakan lamanya perjalanan.
Meski demikian, penggunaan teknologi yang sedemikian masif yang menang tetaplah hati nurani. Diatas teknologi, bagaimana pun, yang menang adalah hati nurani manusia. Jadi semua itu kembali lagi pada diri kita sendiri. Apalagi data menunjukkan sampai saat ini terdapat sekitar 26 juta pengusaha berbasis digital di Indonesia dan 1.705 star-up. Sehingga big data bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan,” pungkas Roy.
© Copyright 2024, All Rights Reserved