Pemilihan umum tahun 2004 memang masih jauh. Namun bursa calon presiden mulai marak. Sejumlah nama telah beredar menjadi calon kuat menggantikan Megawati. Selain tokoh sipil, beberapa tokoh militer seperti Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menko Polkam Wiranto, Menteri Perhubungan Agum Gumelar, mantan Pangkostrad Prabowo Subianto, diperkirakan bakal menjadi pesaing kuat calon presiden, atau setidaknya menjadi calon kuat wakil presiden.
Munculnya sejumlah tokoh militer sebagai bakal calon presiden memang bisa dimengerti. Terlebih ketika pasca Soeharto, elit-elit sipil yang tampil gagal mengatasi sejumlah instabilitas politik yang berurusan dengan soal keamanan.
Bagaimana peluang mereka? Mantan Menhankam/Pangab Jenderal (Purn) Wiranto dinilai memikul beban yang cukup berat di masa lalu untuk tampil menjadi calon Presiden RI tahun 2004 mendatang.
Meskipun Wiranto memiliki nilai plus yang sangat bagus, yaitu ketika menjelang Soeharto lengser, Wiranto berhasil menahan diri untuk tidak mengambil alih kekuasaan. Padahal ketika itu sangat dimungkinkan dan pihak Amerika Serikat (AS) sudah memberikan "angin" untuk itu. Tetapi dia membiarkan Habibie naik.
Kata pakar ilmu politik Juwono Sudarsono, pada Mei hingga Oktober 1998, Wiranto dipuji-puji oleh AS karena dia menahan diri untuk tidak mengambil alih kekuasaan.
Yang memberatkan Wiranto untuk bisa tampil dalam percaturan politik 2004 mendatang adalah soal pelanggaran HAM di Timor Timur.
Sedangkan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono memang berpotensi untuk tampil. Cuma yang menjadi masalah, kalau masuk dalam bursa pencalonan presiden dan wapres, Yudhoyono belum mempunyai "kendaraan", yakni melalui partai yang mana.
Bagaimana dengan politisi sipil? Saat ini, jika dibandingkan dengan sejumlah tokoh yang ada, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri yang kini menjabat sebagai presiden, masih yang terbesar peluangnya untuk dapat tampil menjadi presiden pada periode 2004-2009.
"Meskip un ada sejumlah kekurangan selama menjabat sebagai presiden, untuk saat ini dengan perolehan suara PDI-P pada Pemilu 1999 lalu, Mega masih menjadi calon yang paling kuat," tandas Juwono.
Selama menjabat sebagai Presiden, tambah Juwono, Megawati kurang bisa menghadirkan kepribadiannya dalam jabatannya sebagai Presiden. Pada zaman Bung Karno dan Soeharto, rasa segan ini sangat terasa di para pejabat di bawah.
Tantangan yang harus dihadapi Mega yang tidak kalah beratnya adalah sangat beragamnya faksi di dalam tubuh partai. Dengan kondisi seperti itu menjadi lebih berat tugas Sekjen DPP PDI-P Sutjipto untuk menata dan menggalang keragaman tersebut dalam satu arah dan semangat yang utuh.
Apa yang ditempuh Megawati sudah pas dalam kondisi transisi sekarang. Situasi Indonesia memang sulit dan siapa pun yang memegang kendali pemerintahan akan menghadapi persoalan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Yang penting, kata Juwono, Mega harus mampu membangun kebersamaan dalam semua parpol itu terasa.
"Harus secara jujur kita akui, Mega memiliki kelebihan mampu menghadirkan rasa stabil di pemerintah. Ini jika dibandingkan dengan zaman Gus Dur, yang bisa berubah-ubah. Sedangkan zaman Habibie, terlalu terbuka," kata Juwono.
Menurut Juwono, yang potensial mendampingi Mega untuk posisi Wapres adalah Jusuf Kalla. Kalau perolehan suara seperti tahun 1999 dan dia dicalonkan dalam posisi wapres oleh Golkar, duet Mega-Kalla tidak terbendung dan bisa langsung terpilih paket pasangan tersebut.
Sementara peluang Sri Sultan untuk pemilu mendatang masih perlu diuji. Untuk tingkat Yogyakarta, kualitasnya sudah tidak diragukan lagi. Cuma masalahnya, apa untuk tingkat nasional juga bisa. "Istilahnya untuk tingkat nasional, Sri Sultan belum memasar seperti bapaknya dulu," kata Juwono.
Untuk Amien Rais, Juwono menilai, bicaranya bagus sudah mulai tenang. Yang menjadi persoalan, untuk mengikuti percaturan politik 2004 itu memakai kendaraan apa, sebab kalau Partai Amanat Nasional (PAN) hanya memperoleh suara seperti Pemilu 1999, sulit bisa tampil. Selain basis organisasinya kurang begitu bagus.
Untuk bisa tampil sebagai calon yang diperhitungkan pada Pemilu 2004, Wapres Hamzah Haz harus bisa menggalang parpol-parpol Islam. Kalau berhasil, masih ada kendala sebab jumlahnya baru sekitar 45 persen. Hamzah, kata mantan Gubernur Lemhanas itu, harus berhasil menggandeng Partai Golkar atau Partai Kebangkitan Bangsa. "Dalam kondisi seperti sekarang ini, posisi tawar yang paling kuat dimiliki oleh Partai Golkar. Siapa pun yang berhasil menarik Golkar dalam kubunya, dia akan menang," kata Juwono.
Dari sekian calon militer, tampaknya SBY yang paling berpeluang. Menurut Syamsudin Harris dari LIPI, SBY lebih kharismatis daripada calon militer lainnya. Dan ia tak begitu terlihat berambisi menjadi presiden. Namun menurut Haris, untuk sementara sosok militer hanya akan menggapai kursi wapres. Untuk posisi RI satu, mungkin perlu waktu sepuluh tahun lagi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved