Kepala Kepolisian Filipina Ronald Dela Rosa mengumumkan penghentian sementara operasi anti narkotika, menyusul kasus keterlibatan polisi unit satuan narkotika dalam penculikan dan pembunuhan seorang pengusaha asal Korea Selatan. Presiden Rodirgo Duterte memerintahkan Kepolisian Filipina untuk membersihkan aparatnya.
"Kami akan membersihkan organisasi lebih dulu seperti perintah Presiden. Setelah itu kami dapat meneruskan perang terhadap kartel narkoba,” ujar Dela Rosa seperti dilansir Reuters, Senin (30/01).
Pernyataan itu disampaikan Dela Rosa hanya beberapa jam setelah ia mengakui keterlibatan polisi dalam penculikan dan pembunuhan pengusaha Korea Selatan, Jee Ick-joo. "Seluruh polisi jahat, waspadalah. Kami tidak lagi berperang dengan kartel narkoba. Kami berperang melawan kalian,” kata Dela Rosa.
Sebelumnya, Presiden Duterte meminta maaf kepada pemerintah Korsel atas pembunuhan pengusaha asal Korsel oleh sejumlah polisi Filipina. Duterte menyatakan, ia ingin menghukum gantung polisi-polisi itu dan mengirimkan kepala mereka ke Seoul, Korsel.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (27/01), Duterte berjanji akan memberlakukan hukuman paling berat untuk para pelaku di balik penculikan dan pembunuhan pengusaha Korsel bernama Jee Ick-joo pada Oktober 2016 lalu.
Duterte juga menyerukan agar hukuman mati kembali diberlakukan di Filipina, sehingga dia bisa menggantung mati 20 penjahat setiap harinya. "Saya akan melihat apakah mereka dijatuhi hukuman maksimum," ucap Duterte.
Jee Ick-joo diculik pada Oktober 2016 dari Angeles, sebuah kota di utara Filipina. Penculik meminta tebusan kepada keluarganya. Istrinya sudah menyerahkan uang tebusan senilai 116.000 poundsterling (Rp 1,9 miliar) kepada para penculiknya.
Ternyata, pengusaha berusia 50 tahun itu, telah dicekik sampai mati tak lama setelah ia diculik. Jasadnya lalu dibakar di sebuah krematorium yang dimiliki salah satu anggota geng tersebut, yaitu seorang mantan polisi. Para polisi itu berdalih menangkapnya untuk penyelidikan narkoba.
© Copyright 2024, All Rights Reserved