Direktur Utama PT Garuda Indonesia Airlines (Persero), Emirsyah Satar, mengundurkan diri dari maskapai pelat merah pada Desember 2014. Seharusnya masa tugas baru akan berakhir Maret 2015.
Kepada pers di Jakarta, Kamis (11/12), VP Corporate Communication Garuda Indonesia, Pujobroto, mengatakan, Emir telah mengajukan pengunduran diri sebagai Dirut Garuda dan telah menyampaikannya kepada pemegang saham.
Pujobroto membeberkan alasan Emir mundur lebih awal. Pertimbangannya, kalau bisa diganti saat ini disetujui, nanti tim baru akan bekerja dan siap lebih awal.
Kata Pujobroto, kalau pergantiannya dilakukan Maret tahun depan maka direksi baru akan kewalahan untuk bekerja. "Tim baru akan bekerja lebih awal untuk pengembangan Garuda. Kalau Maret malah nanggung. Manajemen harus bekerja lewat satu kuartal," ujar Pujobroto.
Emir diangkat menjadi Dirut Garuda tanggal 22 Maret 2005--saat itu, menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)-nya adalah Sugiharto--dan telah menjabat dua periode. "Kalau di Dirut BUMN, maksimal dua periode, maksimal 10 tahun, selesainya 22 Maret 2015," kata Pujobroto.
Menurut Pujobroto, Emir membawa perubahan positif di Garuda. Misalnya jumlah pesawat meningkat dari 49 pesawat menjadi 160 pesawat dan 160 penerbangan per hari menjadi 600 penerbangan per hari.
"Waktu jadi direktur keuangan tahun 1998, utang Garuda US$1,8 miliar. Waktu diangkat tahun 2005, utangnya kurang jadi US$850 juta. Waktu itu, Garuda seharusnya sudah bangkrut (waktu Pak Emir masuk). Produktifnya tidak bagus, operasionalnya lambat, dan karyawannya tidak produktif waktu itu," jelas Pujobroto.
© Copyright 2024, All Rights Reserved