Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang mengritik langkah tim transisi Jokowi yang dinilainya kebanyakan melempar wacana atas kajian-kajian mereka. Tim tersebut seharusnya fokus pada kerja untuk peralihan transisi pemerintahan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke pemerintahan Jokowi-JK.
“Rumah Transisi enggak usah terlalu genit. Enggak usah terlalu banyak membuat wacana. Saya lihat, belum apa-apa, sudah buat wacana baru. Yang di Rumah Transisi ini sedang buat wacana, atau mempersiapkan tahapan-tahapan di pemerintahan baru?" ujar Sebastian, di Jakarta, Rabu (03/09).
Ia menilai, Tim Transisi mesti segera membuat keputusan politik yang penting untuk menata langkah berikutnya 5 tahun ke depan. Sebastian menilai, apa yang sedang dikerjakan Tim Transisi tesebut, mulai melenceng dari fungsi awal, yakni mempersiapkan peralihan pemerintahan. Dia juga mengkritik soal seleksi menteri yang dilakukan di Rumah Transisi.
“Sibuk wacana, (padahal) sebentar lagi Oktober. Lobi tidak dibangun dan seleksi menteri, ada ribuan CV. Itu tempat menyeleksi menteri bukan?" ujar Sebastian.
Tim transisi dibentuk untuk merancang strategi penjabaran visi-misi, 9 program aksi dan janji-janji dalam kampanye yang diusung Jokowi-JK. "Tim transisi sebaiknya segera putuskan hal-hal yang konkrit yang bisa meyakinkan kita bahwa ada harapan baru," tambahnya.
Sebastian menambahkan, meskipun Jokowi disebut sebagai kemenangan rakyat tetapi sampai saat ini Koalisi Merah Putih masih unggul di parlemen dengan menguasai 63 persen kursi DPR.
“Maka kalau tidak ada keputusan politik dalam waktu dekat ini, gagasan Jokowi untuk menaikkan harga BBM tidak mungkin bisa dilakukan dengan komposisi dukungan di parlemen. Makin sulit pemerintah berhadapan dengan DPR, memangnya rakyat mau nongkrongin DPR tiap hari. Ini realitas politik, tidak mudah," tandas Sebastian.
© Copyright 2024, All Rights Reserved