Besaran inflasi pada bulan Maret 2015 sebesar 0,17 persen. Dibandingkan realisasi bulan sebelumnya (month to month), inflasi tumbuh 6,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year).
Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Stastistik (BPS), dalam jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (01/04). Suryamin menerangkan pemicu inflasi Maret antara lain karena kenaikan sejumlah harga sejumlah kelompok pengeluaran.
Ia menerangkan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,77 persen; kelompok kesehatan 0,64 persen; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,61 persen. “Bensin pertamax terjadi kenaikan dan yang ada juga kenaikan tarif angkutan kereta api dan komoditi jasa keuangan," ujar dia.
Kendati demikian, secara kumulatif masih terjadi deflasi selama kuartal I 2015 sebesar 0,44 persen. “Kami menduga pengendalian harga sudah menyebar ke daerah, karena banyak daerah di luar Jawa yang deflasi," kata Suryamin.
Ia menjelaskan dari 82 kota yang disurvei, 54 kota mengalami inflasi dan 28 kota lainnya terjadi deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 0,84 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Padang dan Cilacap masing-masing 0,01 persen.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 1,97 persen dan terendah di Medan, Padangsidimpuan, dan Tarakan masing-masing 0,01 persen.
Suryamin menerangkan, kelompok pengeluaran lainnya justru mendorong deflasi, yaitu kelompok bahan makanan deflasi 0,73 persen dan kelompok sandang deflasi 0,08 persen.
Komponen inti pada Maret 2015 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen, sedangkan inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Maret) 2015 sebesar 1,25 persen. Secara tahunan, tingkat inflasi komponen inti sebesar 5,04 persen pada Maret 2015 terhadap Maret 2014.
© Copyright 2024, All Rights Reserved