Petani lada di wilayah Lampung tengah prihatin. Sepanjang tahun ini, harga lada di tingkat petani terus merosot tajam. Saat ini komoditas andalan Lampung tersebut telah menyentuh harga Rp 37 ribu per kilogarm (kg). Padahal tahun lalu harga lada berada diatas Rp 100 ribu per kg.
Anjloknya harga lada membuat para petani kehilangan pendapatan. Mengacu pada harga Rp 100 ribu saja dan produksi lada petani Lampung yang pada tahun 2016 mencapai 15.000 ton, maka kapitalisasi yang diperoleh mencapai Rp 1,5 triliun.
Sementara tahun 2017, produksi lada Lampung diperkirakan masih stabil pada kisaran 15ribu ton. Jika dikalikan harga Rp 40 ribu per kg, akan diperoleh angka Rp 600 miliar. Artinya, ada potensi pendapatan yang hilang sebesar Rp 900 miliar hingga Rp 1 triliun.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Lampung, Dessy Desmaniar Romas mengatakan, anjloknya harga lada dipengaruhi oleh lada asal Vietnam yang membanjiri pasar lokal. Disamping itu, kualitas lada Lampung dalam produksi tahun ini juga kurang maksimal akibat pengaruh cuaca.
"Kalau jumlah kerugian petani kita belum tahu pasti, termasuk soal jumlah produksi lada Lampung, karena data masih berjalan," kata Dessy, Selasa (11/7).
Untuk meningkatkan kualitas lada asal Lampung, Dinas Perkebunan telah mencanangkan penyiapan bibit baru yang unggul dan pencegahan penyakit tanaman lada petani.
Menurut dia, komoditas lada sebagai andalan dan unggulan Provinsi Lampung semakin lama semakin tergerus dengan merosotnya harga lada dunia. Padahal, produksi lada di Lampung terbesar nasional dan menjadi kebanggaan masyarakat Lampung sejak zaman kolonial.
© Copyright 2024, All Rights Reserved