Bursa Asia Selasa (11/10) pagi ini mendapat tambahan tenaga dari harga minyak dunia yang naik 3 persen lebih di New York, Amerika Serikat (AS), tadi malam. Data Bloomberg, pukul 09.28 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific, naik 0,1 persen.
Sementara itu, berdasarkan data CNBC, indeks ASX 200 Australia dibuka dengan kenaikan 0,31 persen menjadi 5.491,4. Kenaikan bursa Australia disokong oleh sektor energi yang melaju 1,8 persen. Selain itu, sektor bahan baku mencatatkan kenaikan 0,96 persen.
Indeks Topix naik 0,6 persen dari posisi terakhir Jumat lalu. Adapun indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru naik 0,5 persen, yang merupakan kenaikan pertama dalam lima hari terakhir. Indeks Kospi tak banyak mencatatkan perubahan di Seoul seiring penurunan Samsung yang mencapai 5 persen.
Bursa Asia mendapatkan sentimen positif dari kenaikan harga minyak dunia. Harga kontrak minyak West Texas Intermediate ditutup dengan kenaikan US$1,35 atau 3,1 persen menjadi US$51,35 per barel. Ini merupakan level tertinggi sejak 15 Oktober 2015 lalu.
Sedangkan harga kontrak minyak Brent naik US$ 1,06 atau 2 persen menjadi US$52,99 per barel pada pukul 14.21 waktu New York.
Kenaikan harga minyak terjadi setelah Rusia menyatakan kesiapannya untuk bergabung dengan OPEC terkait proposal pemangkasan produksi minyak dunia.
Presiden Rusia Vladimir Putin, saat menyampaikan pidato di kongres energi di Istanbul Turki, mengatakan dirinya berharap anggota OPEC dapat memberikan konfirmasi mengenai keputusan kuota produksi saat organisasi ini menggelar pertemuan pada November mendatang.
Market analyst IG Ltd mengatakan, Angus Nicholson, reli yang terjadi di bursa Asia murni karena adanya sentimen pendorong, yakni persetujuan Rusia untuk ikut memangkas produksi minyak.
“Hal ini Mengingat Rusia merupakan produsen minyak terbesar dunia, adanya kesepakatan untuk ikut serta dalam memangkas produksi dilihat sebagai sentimen positif bagi pasar minyak," kata Nicholson.
© Copyright 2024, All Rights Reserved