Insiden di lokasi pengeboran minyak lepas pantai di Tiaka, Kecalatan Mamosalato, Morowali, Sulawesi Tengah, Senin (22/08), berujung maut. Dua warga tewas tertembak dan puluhan lainnya terluka.
Setelah sebelumnya, pihak Pertamina-Medco yang mengelola lokasi pengeboran minyak di Tiaka menyatakan tidak mengetahui latar belakang aksi demo warga itu, akhirnya terkuak juga latar belakang peristiwa tersebut.
Dalam pertemuan penduduk Desa Kolo Bawah dengan Bupati Morowali Anwar Hafid dan Ketua DPRD Morowali Abudin Halilu, Rabu siang (24/08) siang, warga menyampaikan kekecewaan dan tuntutan mereka terkait dengan kompensasi dan perhatian dari joint operation body (JOB) Pertamina-Medco yang hingga kini belum jelas.
Pada kesempatan itu, warga menuntut kompensasi atas hilangnya sumber mata pencarian mereka yang saat ini menjadi lokasi pengeboran minyak di Tiaka. Lokasi pengeboran minyak Tiaka semula adalah lokasi favorit nelayan Mamosalato mencari ikan.
Bupati Morowali, Anwar Hafid, mengatakan, Pemerintah Kabupaten Morowali sudah sering bertemu dengan pihak JOB Pertamina-Medco, tetapi hasilnya belum pernah tuntas. ”Tiaka adalah sumber penghasilan warga saya dan saya mau, jika itu diambil, ada penggantinya.”
Asisten I Sekdaprov Sulawesi Tengah Baharuddin HT di Palu, Rabu (24/08), mengatakan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah segera memanggil manajemen perusahaan minyak tersebut untuk dimintai keterangan.
Baharuddin mengatakan, pemerintah daerah ingin meminta kejelasan soal tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap masyarakat di sekitar Pulau Tiaka yang saat ini diduga menjadi sumber masalah. "Mungkin saja ada tanggung jawab sosial yang belum dipatuhi Medco sehingga masyarakat marah."
Sementara, Kapolda Sulawesi Tengah Dewa Parsana mengungkapkan, kerusuhan dipicu oleh tuntutan warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato, yang telah beberapa kali dijanjikan ketersediaan aliran listrik, namun belum juga direalisasikan oleh perusahaan yang mengebor minyak di Tiaka.
“Atas janji yang tak kunjung direalisasikan perusahaan itulah, masyarakat setempat akhirnya berkumpul dan mendatangi Pulau Tiaka untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan. Namun massa akhirnya kecewa karena gagal dalam negosiasi,” jelas Dewa.
Selanjutnya massa mengamuk. Mereka membakar dan merusak fasilitas kilang. Amuk massa dan bentrokan dengan aparat kepolisian setempat tak terhindarkan. Hingga Selasa malam kepolisian telah menetapkan 26 tersangka.
© Copyright 2024, All Rights Reserved