Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mendukung eksperimen pengembangan satelit nano dan piko bernama Tel-USAT. Eksperimen pengembangan itu dilakukan oleh sejumlah perguruan tinggi untuk berkomunikasi dan mengamati benda di atas permukaan bumi, khususnya memantau kondisi Indonesia.
"Dalam kerjasama ini, kami berkontribusi dalam merancang, mengembangkan dan menguji satelit tersebut, khususnya untuk Universitas Telkom. Selain itu, kami juga membantu teknis peluncuran satelit mini tersebut. Tel-USAT akan menggunakan fasilitas uji laboratorium subsistem satelit yang dimiliki Pusat Teknologi Satelit Lapan," kata Ketua Lapan, Thomas Djamaluddin kepada politikindonesia.com, usai acara penandatanganan MoU terhadap sejumlah perguruan tinggi di Kantor Lapan, Rabu (18/02).
Selain itu, lanjut Thomas, pihaknya juga mendampingi dalam bisang pengolahan sinyal citra satelit, aspek legalitas, regulasi satelit, hingga waktu peluncuran. Setelah meluncurkan satelit tersebut dan mengorbit di luar angkasa, pihaknya akan membantu membina dan mendampingi Universitas Telkom dalam bidang pengolahan sinyal citra satelit, aspek legalitas dan regulasi sistem satelit tersebut.
"Kerjasama antara Lapan dengan Universitas Telkom ini akan berlangsung hingga 2020. Tak hanya Universitas Telkom kami ajak kerjasama. Kami juga melakukan nota kesepahaman dengan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Kerjasama mencakup pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi kedirgantaraan," ungkapnya.
Menurutnya, satelit nano dan merupakan satelit yang berukuran kecil seperti kaleng minuman. Untuk piko berukuran kurang dari 5 kilogram (kg) dan nano berukuran di bawah 10 kg. Walaupun ukurannya kecil, namun misi pihak perguruan tinggi cukup mulia, yaitu sebagai pemantauan kondisi permukaan Indonesia seperti kemaritiman dan kehutanan.
"Awalnya satelit tersebut dikembangkan oleh universitas di Indonesia, di antaranya Universitas Telkom, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan Universitas Udayana Bali.
Tiap satelit itu berbeda-beda misinya, sehingga kami serahkan sepenuhnya kepada pihak universitas," ujarnya.
Dijelaskan, pihaknya juga melakukan kerjasama dalam bidang pemanfaatan dan pengembangan sains dan teknologi kedirgantaraan untuk mendukung program pembangunan di 6 pemerintah daerah. Keenam pemerintah daerah tersebut adalah Pemerintah Aceh, Pemkab Tanah Datar (Sumatera Barat), Pemkab Tulang Bawang Barat (Lampung), Pemkab Kotabaru (Kalimantan Selatan), Pemkab Kediri, dan Pemkab Blitar (Jawa Timur).
"Ruang lingkup kerja sama mencakup penelitian, pengembangan, perekayasaan dan pemanfaatan sains antariksa, penginderaan jauh, teknologi dirgantara, diseminasi dan publikasi ilmiah serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia," ucapnya.
Dipaparkan, kerjasama ini merupakan implementasi dari Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Karena UU tersebut mengamanatkan kami untuk meningkatkan peran dalam membantu pemerintah daerah di Indonesia, terutama dalam bidang perencanaan pembangunan melalui pemanfaatan sains dan teknologi penginderaan jauh.
"Nantinya hasil dari pengembangan ini akan kami pusatkan dalam bentuk layanan. Kami berharap dapat memberikan konribusi sesuai dengan manfaatnya. Sehingga upaya peningkatan pembangunan daerah dengan cara memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk inventarisasi, pemantauan dan pengelolaan sumber daya alam serta lingkungan,"tegasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved