Kementerian Pertanian (Kementan) memaknai masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015 sebagai engan tantangan dan peluang. Sektor pangan dan pertanian didorong ke arah memperkuat perdagangan intra dan ekstra ASEAN dan daya saing produk. Untuk meningkatkan produk lokal dari hasil pertanian, petani pun didorong untuk mampu menjual hasil produksinya ke trading house.
Inspektur Jenderal Kementan, Aziz Hidayat mengatakan sebenarnya hasil pertanian dan produksi berlimpah. Sayangnya, hingga saat ini masih banyak petani yang menjual hasilnya kepada perantara dan tengkulak. Oleh sebab itu, pihaknya mendorong petani untuk menjual hasil produksinya ke trading house.
"Karena tranding house mampu mengelola semua hasil pertani melalui trading system dan trading package. Sehingga produksi petani Indonesia bisa berdaya saing tinggi dan mampu bersaing di pasar internasional," katanya kepada politikindonesia.com disela-sela acara "Gelar Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian 2015", di Kantor Kementan, Selasa (24/02).
Pihaknya berharap acara tersebut dapat menjadi ajang terjadinya interaksi berbagai pihak atau pemangku kepentingan dalam membangun atau mengembangkan agribisnis yang didukung agroindustri berbasis sumber daya lokal dan ramah lingkungan. Sehingga petani Indonesia bisa dengan mudah menjual hasil produksinya ke tranding house.
"Karena kegiatan tersebut digelar sebagai upaya mendukung implementasi pengembangan agribisnis terutama agroindustri di pedesaan dengan konsep bio industri. Telah tersedia berbagai sarana teknologi pengolahan hasil tepat guna yang diproduksi oleh anak bangsa, yang tentunya terus dituntut pengembangannya secara berkelanjutan, mengingat teknologi bersifat dinamis," ujarnya.
Apalagi saat ini, lanjutnya, pengembangan agrobisnis yang didukung agroindustri pedesaan berbasis sumber daya lokal dengan model tanpa limbah (zero waste) merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Model zero waste ini yang sering juga disebut bio indusri menuntut terlaksananya pembangunan pertanian yang terpadu.
"Peran sektor pertanian dalam menghasilkan devisa negara harus didukung oleh produk komoditas unggulan. Maka, keberhasilannya perlu didukung oleh pemanfaatan teknologi pengolahan yang bercirikan efisiensi tinggi yang menghasilkan produk olahan berdayasaing," tegasnya.
Sementara itu, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementan, Emilia Harahap menambahkan, pihaknya sudah membangun subterminal agribisnis dan memanfaatkan resi gudang untuk menampung komoditi hasil pertanian. Oleh karena itu, pihaknya meminta agar petani juga mau berinovasi."Seperti yang terjadi di Pulau Jawa, petani skala kecil, memanfaatkan unit pemasaran melalui kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Sehingga hasil produk pertaniannya bisa ke subterminal agribisnis kemudian ke pasar induk," ucapnya.
Dipaparkan, untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan teknologi pengolahan hasil pertanian kepada publik, para petani harus bisa meningkatkan wawasan dan motivasi. Sehingga menumbuhkembangkan usaha agroinduatri. Karena selama ini permasalahan yang dialami oleh para petani adalah dalam optimalisasi pengolahan produk.
"Banyak terjadi kasus penyusutan dan kerusakan mutu yang dialami selama pengolahan yang menyebabkan nilai jual dan daya saing rendah. Sehingga sejumlah aspek perlu dikondisikan agar teknologi pertanian menjadi tujuan bersama sebagai penggerak hilirisasi. Hal tersebut yakni penguatan agribisnis, integrasi hulu hilir, dukungan bagi pengembangan bioenergi serta mendorong diversifikasi pangan," tuturnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved