Keberhasilan pembangunan sektor pertanian tidak lepas dari dukungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP). Badan ini punya peran penting pada penguatan kelembagaan pertanian dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian (SDMP) yang profesional mandiri.
Kepala BPPSDMP Kementan Momon Rusmono mengatakan, peningkatan kapasitas SDMP akan terus dilakukan agar memiliki daya saing untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan pertanian hingga mengantarkan terwujudnya kesejahteraan petani.
"Kami selalu berpedoman pada tiga pilar penting, yakni pendidikan, penyuluhan dan pelatihan. Dari tiga pilar tersebut, program utama kami dalam aspek pendidikan akan melakukan transformasi dengan menaikkan enam tingkatan Sekolah Tinggi Teknik Pertanian (STTP) untuk menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian," katanya kepada politikindonesia.com di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (15/08).
Selain perubahan status sekolah tinggi, lanjut Momon, pihaknya juga menyesuaikan aturan Undang-Undang 23/2014 tentang Pemerintah Daerah. Salah satunya mengatur pendidikan tingkat menengah berada di bawah pemerintah tingkat satu atau provinsi. Begitu pula tiga SMK Pertanian Pembangunan (PP), nanti akan dinaikkan menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian.
"Jadi, ada 10 politeknik yang kami miliki nantinya. Karena STTP Magelang akan terpecah dua menjadi Politeknik di Magelang dan di Yogyakarta. Untuk mencetak SDMP yang terampil di bidang pertanian, maka ke 10 politeknik tersebut disebar di sejumlah wilayah provinsi," ungkapnya.
Pihaknya berharap, ajaran baru tahun 2018 politeknik tersebut sudah bisa menerima mahasiswa baru. Karena pada tahun ini, ke 10 politeknik tersebut masih dalam proses persiapan. 10 politeknik pertanian yang sedang disiapkan sebelumnya merupakan STTP yang tersebar di Medan, Bogor, Malang, Yogyakarta, Magelang, Gowa dan Manokwari.
"Dengan mengubah STTP menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian, ke depan pendidikan yang disajikan akan bertransformasi dan berorientasi pada ilmu-ilmu pertanian terapan. Motede pembelajarannya dengan mengadopsi konsep "teaching factory" atau pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis," ujarnya.
Momon memaparkan, dengan metode pembelajaran seperti itu, nantinya politeknik akan meluluskan tenaga vokasi yang terampil dan bisa menjadi wirausaha pertanian. Sehingga mereka tidak hanya sebatas menjadi tenaga ahli. Lain halnya dengan STTP yang selama ini hanya menghasilkan tenaga akademis atau penyuluh.
"Transformasi pendidikan vokasional ini dilakukan untuk mewujudkan SDMP yang diperlukan pemangku kepentingan dunia usaha dibidang pertanian, peternakan dan perkebunan. Sehingga mereka mampu mengoptimalkan kerjasama sekaligus pendampingan dengan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) dalam meningkatkan kompetensi petani," urainya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved