Berdasarkan hasil penelitian Universitas Gadjah Mada terhadap responden di Kota Garut dan Makassar ternyata sebanyak 39 persen perempuan Indonesia diam saja kala mengetahui tindak pidana korupsi.
“Ini cukup mengkhawatirkan, persentasenya 39 persen. Penelitian UGM yang kami ambil,” kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Basaria Pandjaitan saat meresmikan gerakan Saya Perempuan Antikorupsi Indonesia di Balikpapan, kemarin.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga menunjukkan sebanyak 26 persen perempuan Indonesia akan minta bagian saat terjadi praktek korupsi. Sedangkan 9 persen lain bersikap takut melaporkan adanya praktek korupsi.
Basaria mengungkapkan, hanya 26 persen perempuan yang berani menyuarakan perlawanan antikorupsi di Indonesia. Perempuan seperti inilah nantinya yang akan menjadi agen perlawanan praktik korupsi di Indonesia.
“Jangan takut berlaku jujur. Saat ini berani jujur itu hebat. Silakan, telepon saya langsung bila melihat ada korupsi di sekitar Anda,” kata Basaria.
Menurut Basaria, kejahatan korupsi di Indonesia sudah pada tahap mengkhawatirkan. Uang negara yang selamat bisa dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan sarana-prasarana, pelayanan publik, dan pemberian gaji aparatur negara secara layak.
“Semestinya, kalau kejahatan korupsi bisa ditekan, biaya pendidikan dan kesehatan semua rakyat Indonesia dapat digratiskan,” kata Basaria.
Basaria meminta para perempuan memelopori budaya hidup sederhana dalam keluarganya. Mulai saat ini, semua warga negara Indonesia harus mampu mempelopori langkah perlawanan kejahatan korupsi.
“Saya ini mantan polisi. Harus diakui, saya juga tidak bersih-bersih amat. Minimal harus berani mengakui kekurangan dan berbuat lebih baik ke depannya,” pungkas Basaria.
© Copyright 2024, All Rights Reserved