Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) sangat kecewa dengan keputusan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan yang secara sepihak menghentikan Kurikulum 2013 dan hanya menerapkannya secara terbatas. Keputusan mendadak itu telah merugikan percetakan karena telah melakukan pencetakan buku-buku yang dipesan.
"Kami sangat dirugikan dengan keputusan Mendikbud, karena sudah mencetak buku-buku yang dipesan," terang Ketua Umum PPGI, Jimmy Juneanto, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (08/12).
Dijelaskan, jumlah buku yang dipesan oleh sekolah-sekolah pada semester I tahun ajaran 2014/2015 mencapai 245 juta eksemplar dengan nominal anggaran Rp3,1 triliun. Sementara untuk semester II, buku yang dipesan sebanyak 267 juta eksemplar dengan nilai Rp1,9 triliun.
"Penyaluran buku untuk semester I mencapai 95 persen, sementara yang sudah dibayar baru 48 persen. Sedangkan penyaluran buku untuk semester II baru 60 persen, dan belum dibayar sama sekali," keluh dia.
Jimmy menambahkan, sejumlah perusahaan percetakan padahal tengah mengejar target yang diminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). "Penerapan terbatas Kurikulum 2013 mengejutkan banyak pihak, karena Mendikbud tidak berkonsultasi pada PPGI terlebih dahulu," ujar dia.
Sementara itu, Sekjen PPGI, Ahmad Mughira Nurhani, menjelaskan pihak percetakan sudah berupaya maksimal untuk mencetak buku Kurikulum 2013. "Kemampuan percetakan seluruh Indonesia hanya 2,1 juta eksemplar. Jadi kami berupaya maksimal, dengan waktu yang sangat singkat," kata Mughi.
Pihak PPGI berharap Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan dan Menengah mempunyai solusi untuk mengatasi permasalahan yang dialami percetakan dengan penghentian Kurikulum 2013 itu. "Kami ingin semua buku yang sudah dipesan dibayarkan semua," tandas Mughi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved