Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan terhitung sejak 21 Juni hingga 20 Oktober jumlah luas kebakaran hutan tahun ini mencapai 2.089.911 hektare.
"Perhitungan menggunakan metode deteksi perubahan atas indeks kebakaran. Kemudian menganalisis sebelum dan sesudah kebakaran," kata Kepala Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN Parwati Sofan, dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta Pusat, Jumat (30/10).
Parwati mengungkapkan, estimasi luas daerah terbakar di Indonesia yaitu, Sumatera seluas 832.999 hektare, yang terdiri dari 267.974 hektare lahan gambut, dan 565.025 hektare non-gambut.
“Sementara di Kalimantan, dengan luas 806.817 hektare. Jumlah tersebut terdiri dari 319.386 hektare lahan gambut, dan 487.431 hektare lahan non-gambut,”kata Parwati.
Untuk Papua, kata Parwati, lahan yang terbakar seluas 353.191 hektare. Luas tersebut terdiri dari 31.214 hektare lahan gambut, dan 321.977 hektare lahan non-gambut.
Kemudian, Sulawesi seluas 30.912 hektare yang merupakan lahan non-gambut. Bali dan Nusa Tenggara mencapai 30.162 hektare, yang terdiri dari lahan non-gambut. Selanjutnya, untuk Pulau Jawa, lahan yang terbakar seluas 18.768 hektare yang terdiri dari lahan non-gambut.
Di Maluku, lahan terbakar mencapai 17.063 hektare, yang juga terdiri dari lahan non-gambut. Selain dari data yang diperoleh menggunakan satelit, hasil tersebut juga diperoleh dengan membandingkan data dari peta lahan gambut Kementerian Pertanian.
“Meski demikian, hasil perhitungan tersebut adalah estimasi atau jumlah perkiraan. Sebab data satelit hanya mampu mendeteksi wilayah terkecil seluas 6,25 hektare,” kata Parwati.
Parwati mengatakan, metode ini juga tidak dapat menjangkau daerah yang tertutup awan dan asap yang tebal.
© Copyright 2024, All Rights Reserved