Lembaga Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) menyambut baik hasil kajian scientific tentang lumpur panas Lapindo, di Sidoarjo, Jawa Timur oleh tim peneliti Rusia. Namun, penyelesaian secara scientific, harus mengutamakan prinsip mitigasi penyelamatan masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya. Menjunjung tinggi rasa keadilan masyarakat dan keselamatan masyarakat disana.
Tanggapan itu dikemukakan Asisten SKP BSB, Ir Iwan Samule dan Soeyanto, Phd atas hasil kajian sejumlah ilmuwan Rusia dari Russian Institute of Electro Physics, terhadap lumpur panas Lapindo.
Menurut Iwan, penelitian atas lumpur panas Lapindo, tidak cukup hanya dengan pendekatan modeling dan surface research. “Penelitian semacam ini harus melibatkan ahli multidisiplin dalam bidang geodinamik, geofisika, seismik, geologi teknik, mikrozonasi, geologi kuarter,” ujar Iwan.
Jadi, hipotesa Sergey itu terlalu prematur. Dalam pandangan Iwan, tidak mudah untuk mendapatkan kajian cermat tentang ini. “Bila dihubungkan gempa Yogya dengan semburan lumpur, diperlukan suatu penelitian atau kajian secara cermat dengan kompleksitas tinggi dan lama,” ucap dia.
Meski demikian, keduanya menyambut baik hasil penelitian tersebut. “Dalam waktu dekat ahli Rusia itu akan kami dengarkan paparannya di depan tim stafsus dan tim ahli secara terbuka,” ujar Irwan.
Soeyanto menambahkan, pihaknya ingin mengetahui lebih jauh tentang hasil penelitian tersebut. “Jika memang ada potensi bahaya semacam itu, mendesak untuk menyelamatkan masyarakat dengan berupaya melakukan penghitungan volume lumpur.”
Dengan begitu, lanjut Soeyanto, dapat dilakukan antisipasi lebih lanjut terkait prakiraan jarak terdekat kota yang terendam lumpur jika bencana terjadi. “Dengan begitu dapat ditetapkan langkah mitigasi apa yang akan diambil. Dan siapa yang harus bertanggung jawab, semisal Surabaya terendam,” ucap dia.
Kata Soeyanto, hasil kajian ahli Rusia itu harus ditindak lanjuti lebih jauh. “Diluar semuanya, diteliti di mana letak patahan Surabaya dan di mana letak sesar Opak Yogya. Apakah ada hubungan langsung? Itu butuh kajian.”
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah ilmuwan Rusia dari Russian Institute of Electro Physics, menemukan struktur tiga gunung lumpur di bawah tanah Sidoarjo, Jawa Timur. Dr. Sergey V. Kadurin, pimpinan Tim Ilmuwan Rusia mengungkapkan, bencana lumpur panas di Sidoarjo itu disebabkan kegiatan Seismik.
Sergey memprediksi, dua dari tiga gunung lumpur itu juga berpotensi mengeluarkan semburan. Alasannya, jaraknya sekitar 10 km dari lokasi semburan yakni di Barat Daya dan Timur Laut lokasi semburan. Para ahli menyarankan agar warga di area terdampak agar dievakuasi.
Dalam paparannya, Sergey juga menyebut adanya kaitan gempa Yogya dengan semburan lumpur. “Gempa yang terjadi di Yogyakarta pada 2006 tepat dua hari sebelum semburan lumpur Sidoarjo, juga berpengaruh dalam pengaktifan kembali lumpur tua,” ujar pengajar senior di Universitas Odessa di Ukraina itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved