Pemerintah sedang menjajaki renegosiasi kontrak harga jual gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) Tangguh, Papua ke Fujian, Tiongkok dengan potensi kesepakatan harga US$8 per mmbtu.
Dalam empat tahun setelah kesepakatan berlangsung, Kementerian ESDM bakal kembali melakukan renegosiasi harga jual gas seiring upaya mendorong penerimaan negara di sektor minyak dan gas bumi (migas).
"Closing deal, maka empat tahun kemudian bisa dilakukan kembali renegosiasi harga jual gas ini," kata Menteri ESDM Jero Wacik di Gedung DPR, Kamis (05/06).
Menurut Wacik, harga jual gas LNG Tangguh ke Tiongkok saat ini sangat murah atau sebesar US$3,3 per mmbtu. Sejak 2002 harga jual gas ke negeri Tirai Bambu itu hanya US$2,4 per mmbtu.
Baru-baru ini, Tiongkok melakukan impor LNG ke negara Qatar sebesar US$13. Namun karena telah terikat kontrak awal dengan Indonesia sejak 2002 lalu, Tiongkok bersikeras agar harga jual LNG sesuai kesepakatan awal.
"Mereka kemarin baru beli LNG dari Qatar itu US$13. Tapi memang disadari, mereka terikat kontrak lama. Karena itu memang perlu adanya mekanisme renegosiasi," ujar Wacik.
Tiongkok telah menyepakati renegosiasi harga jual LNG Tangguh sebesar US$6. Namun, pemerintah menginginkan harga jual ini bisa kembali dinaikkan ke US$7-8.
Bahkan pemerintah menginginkan agar kesepakatan harga jual gas LNG bisa ke angka US$9. Hingga kini pemerintah telah mengirimkan tim khusus untuk melobi Tiongkok agar menyepakati tawaran harga jual gas yang diajukan. "Bulan ini mau closing. Closing deal 4 tahun. Harapan selesai Juni ini kalau bisa," pungkas Wacik.
© Copyright 2024, All Rights Reserved