Kehadiran pasangan Agus Harimurty Yudhoyono-Sylviana Murni serta Anies Baswedan - Sandiaga Uno, sebagai penantang petahana dalam Pemilihan Gubernur DKI 2017, cukup mengejutkan. Meski Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) memiliki elektabilitas paling tinggi, tapi suara pemilih bisa terpecah. Pilkada DKI Jakarta pun bisa berlangsung dalam 2 putaran.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari memperkirakan suara Ahok-Djarot yang didukung 4 partai itu bakal terpecah.
"Walaupun untuk pastinya harus survei, karena ada 3 pasangan calon kemungkinan Pilkada DKI 2 putaran karena suara inkumben terpecah," ujar Qodari kepada pers di Jakarta, Minggu (25/09).
Qodar mengatakan, pasangan Agus-Sylviana dan Anies-Sandiaga yang membuat suara pemilih kini terpecah. "Suara inkumben bisa terpecah, karena inkumben dikeroyok dari kanan dan kiri. Ada dua kelompok yang menggerogoti suara inkumben," ujar Qodari.
Sebelumnya, Qodari juga menanggapi munculnya nama Agus Harimurti Yudhoyono yang di luar prediksi banyak orang. Hampir semua lembaga survei tak memasukkan nama putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu dalam jajak pendapat yang mereka gelar.
Qodari mengibaratkan Agus sebagai calon yang muncul dari langit. Qodari melihat ada 2 faktor yang mungkin menjadi alasan SBY akhirnya merestui putra yang kariernya tengah cemerlang di TNI itu terjun ke politik.
Pertama dari faktor internal, yakni cita-cita keluarga besar SBY yang ingin terjun ke politik. Gelaran pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang digelar Februari 2017 nanti menjadi kesempatan bagi keluarga SBY.
"Keluarga Pak SBY ini trennya akan menuju (dunia) politik. Mas Agus ini dari mayor menuju jenderal itu masih lama. Kesempatan Pilgub DKI ini diambil oleh keluarga Cikeas. Kalau sukses menjadi gubernur bisa saja jadi presiden," ujar Qodari.
Faktor lainnya, karena Koalisi Cikeas tak memiliki figur yang layak untuk diajukan Ahok-Djarot. "Figur yang ada sudah mentok elektabilitasnya, sulit dipaksakan untuk maju. Kalaupun didorong maka hasilnya hampir pasti ketahuan," tutur Qodari.
"Daripada maju perang tapi pasti kalah, lebih baik melakukan eksperimen politik dengan memunculkan nama baru tapi punya potensi. Kalau jurusnya benar, bisa jadi pemenang," tambahnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved