Pengamat politik, Adi Prayitno, mengatakan kekuatan aksi alumni 212 menjadi kekuatan politik yang menentukan di negeri ini, termasuk pada pemilihan presiden 2019 nanti.
Alumni aksi 212 menggelar kegiatan di Lapangan Monas hari Sabtu (02/12) kemarin. "Ya tentu saja saya melihat itu sebagai gerakan politik. Itu reaksi atas kebijakan pemerintah yang tidak pro umat Islam seperti Perpu Ormas, umat Islam terluka," kata Adi Prayitno, Senin (04/12).
Adi mengatakan, aksi tersebut membuat umat Islam di luar NU dan Muhammadiyah menjadi diperhitungkan. Apalagi, mereka berhasil menumbangkan Basuki Tjahaja Purnama di Pilkada DKI Jakarta.
"Mereka melakukan reinkarnasi di pilkada serentak ataupun pemilu serentak 2019," kata Adi.
Adi menyebut gerakan alumni 212 juga memunculkan lagi istilah muslim tanpa masjid yaitu mereka yang belajar agama bukan dari pesantren-pesantren tradisional.
"Saya memantau dari jauh. Saya ingin menjelaskan muslim tanpa masjid, merujuk pada komunitas muslim perkotaan. Mereka belajar Islam dari video, film, seminar-seminar kampus. Beda dengan NU dan Muhammadiyah," kata Adi.
Adi mengingatkan mereka bisa mendongkel kekuasaan partai-partai atau politisi-politisi yang mendukung penista agama pada Pemilu 2019. Karena gerakan mereka tidak hanya membela Islam, atau bela ulama tapi menciptakan common enemy yakni partai-partai yang tidak ramah dengan umat Islam."Jamaah 212 bisa ke semua capres. Tergantung komunikasi yang dibangun apakah mendukung umat Islam atau tidak," pungkas Adi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved