Pertamina dan PLN mengalami friksi karena harga jual solar. Pertamina menilai harga solar di bawah harga keekonomian, karena itula Pertamina akan tetap menaikkan harga solar ke PLN, meskipun PLN keberatan.
"Satu semester Pertamina rugi US$45 juta karena jual ke PLN. Gak boleh, jualan gak boleh rugi dong," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya di Jakarta, Selasa (05/08).
Menurut Hanung, sebenarnya Direktur Utama PLN dan Pertamina sudah bertemu untuk membicarakan masalah ini. Namun Hanung mengaku bahwa pertemuan tersebut hanya menghasilkan kesepakatan untuk kembali menghitung harga jual BBM dari Pertamina ke PLN.
"Kemudian Dirut PLN usul tarik second opinion. Kami sepakat, lalu Dirut PLN tulis surat ke BPKP minta hitungan beliau harganya berapa yang layak untuk Pertamina," ujar Hanung.
Setelah BPKP keluarkan rekomendasi, PLN malah mengingkari data tersebut, Pertamina pun mengaku terkejut dengan sikap PLN tersebut. Lantaran selama ini belum ada kesepakatan dan Pertamina merugi terus, akhirnya Pertamina pun berencana menaikan harga jual kepada PLN sesuai harga keekonomian yang tertunda karena Lebaran secara bertahap.
Hanung mengaku terkejut sebab belum ada kesepatan dan nego harga tak tercapai. Dalam kontrak ada klausul kalau kontrak baru belum disepakati, maka pakai harga lama.
“Harganya saya lupa, sampai 24 Juni kemarin sudah habis, jadi harus kami jual dengan harga keekonomian, tapi karena Lebaran jadi ditunda. Kami akan naikan secara bertahap," ujar Hanung
Menurut Hanung, bila PLN tetap tidak bersedia maka Pertamina mempersilakan PLN mencari pemasok lain.
Sementara, Kepala Divisi BBM dan Gas PLN, Suryadi Mardjoeki mengatakan, harga yang ditawarkan Pertamina masih terlalu mahal. "PLN belum menyepakati," ujar Suryadi.
Menurut Suryadi, bila Pertamina tak mau menjual solar harga murah maka PLN hanya pasrah. "Itu hak Pertamina, risikonya listrik di seluruh Indonesia padam," pungkas Suryadi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved