Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Selasa (22/05) malam, mengumumkan pemberlakuan darurat militer di Pulau Mindanao, setelah kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS menyerang kota Marawi. Durtete memperingatkan bahwa darurat militer yang diterapkannya akan sangat keras dan mirip kediktatoran.
Juru bicara kepresidenan Ernesto Abella, dalam jumpa pers di Moskwa, Rusia mengatakan, rincian soal status darurat militer itu akan disampaikan kemudian. Abella menambahkan, status darurat itu mencakup seluruh wilayah Pulau Mindanao dan kepulauan di sekitarnya.
“Presiden menghubungi saya dan meminta saya mengumumkan bahwa mulai pukul 22.00 waktu Manila, beliau sudah menyatakan status darurat militer di seluruh Pulau Mindanao," ujar Abella.
Pada Selasa (22/05) kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS menyerang kota Marawi. Akibatnya baku tembak pecah dengan tentara yang mengakibatkan tiga personel militer tewas dan sejumlah bangunan dibakar termasuk satu gereja Katolik.
“Saudara-saudaraku bangsa Filipina, jangan takut," kata Duterte di sela-sela kunjungan ke Moskwa yang diakhiri lebih cepat demi menangani krisis ini.
Kepada rakyat Fiipina, Duterte mengatakan, dia akan bersikap sangat keras terhadap terorisme yang mengancam Mindanao. Ia bahkan menyamakan darurat militer yang diterapkannya dengan kondisi serupa di zaman Presiden Ferdinand Marcos yang kemudian memicu aksi massa yang menggulingkannya. “Ini tak berbeda seperti yang pernah diterapkan Presiden Marcos," ujar Duterte.
Durtete mengingatkan bahwa dalam kampanye dia berjanji untuk bersikap keras terhadap para teroris. "Apa yang saya katakan kepada semua orang, jangan paksa saya berbuat ini. Saya harus menjaga kelangsungan Republik Filipina dan keselamatan rakyatnya," tambah dia.
Dia menambahkan, jangka waktu pemberlakuan darurat militer di Mindanao bisa mencapai satu tahun.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan, baku tembak terjadi ketika polisi dan tentara bergerak untuk melaksanakan perintah penahanan seorang pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.
Sejumlah anggota kelompok Maute kemudian menyerbu Marawi City sebagai bentuk respon atas rencana penahanan itu. "Baku tembak pecah dan tentara pemerintah bereaksi sesuai prosedur. Namun, di malam hari, kelompok Maute sempat membakar sejumlah fasilitas kota," ujar Lorenzana.
Beberapa fasilitas yang dibakar, lanjut Lorenzana, misalnya gereka Santa Maria, penjara kota, sekolah Ninoy Aquino, dan Kolose Dansalan.
"Sejumlah rumah penduduk juga dilaporkan ikut dibakar. Kelompok Maute masih menguasai jalanan utama Marawi City yaitu Quezon Street dan dua jembatan yang mengarah ke dalam kota," tambah Lorenzana.
Lorenzana menambahkan, saat ini seluruh aliran listrik terputus di kota itu dan para penembak jitu kelompok Maute berada di mana-mana. Saat ini, tambah dia, personel militer tambahan sudah dikirim ke Marawi City dari Zamboanga dan Manila.
“Situasi di Marawi City masih terkendali dan pasukan keamanan saat ini bertahan sambil menunggu bala bantuan tiba," tegas Lorenzana.
© Copyright 2024, All Rights Reserved