Mata uang Malaysia, Ringgit, mencatatkan pelemahan terbesar di kawasan regional pada transaksi perdagangan kemarin, Kamis (06/08). Data Bloomberg, pada pukul 12.13 waktu Kuala Lumpur, menunjukkan ringgit melemah 0,3 persen menjadi 3,8905.
Bahkan pada transaksi sebelumnya, mata uang Negeri Jiran ini sempat menyentuh posisi 3,8948 atau melemah 0,5 persen ke level terendah sejak September 1998. Pada waktu itu, nilai tukar ringgit berada di posisi 3,9340.
Pelemahan ringgit terjadi seiring melorotnya cadangan devisa mata uang asing Malaysia ke posisi terendah sejak 2008 akibat pengetatan kredit global. Tak ayal, pemerintah Malaysia kekurangan amunisi untuk mempertahankan performa mata uang mereka. Saat ini, ringgit merupakan mata uang dengan performa terburuk di kawasan regional.
Head of Foreign-Exchange and Fixed Income Strategy Macquarie Bank Ltd, Nizam Idris mengatakan, pasar kemungkinan mulai cemas karena cadangan devisa diprediksi akan turun ke bawah level psikologis US$100 miliar. Hal ini menandakan Bank Negara akan sulit melakukan intervensi untuk mencegah volatilitas mata uang ringgit belakangan ini.
Berdasarkan data yang dirilis bank sentral Malaysia pada 23 Juli lalu, cadangan devisa sebesar US$100,5 miliar cukup untuk membiayai 7,9 bulan impor dan 1,1 kali utang eksternal jangka pendek.
Sementara itu, investor global sudah melepas kepemilikannya atas saham Malaysia dengan nilai bersih mencapai 11,7 miliar ringgit atau US$3 miliar di sepanjang tahun ini hingga Juli. Dana asing yang keluar ini merupakan outflow terbesar sejak 2008.
Pasar saham Malaysia dinilai cukup tahan banting. Meski dana asing yang keluar cukup besar, namun, di sepanjang tahun ini, FTSE Bursa Malaysia KLCI Index hanya tergerus 2,9 persen. Sebagai perbandingan, penurunan pasar saham Taiwan dan Indonesia pada periode yang sama masing-masing sebesar 9,6 persen dan 7,3 persen.
© Copyright 2024, All Rights Reserved