Irak kini berada ditengah pemberontakan besar. Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sejak Senin (09/06), melakukan serangan besar-besaran dan berhasil menguasai sejumlah kota besar di Irak. Rusia menilai, keadaan yang terjadi di Irak saat ini adalah bukti kegagalan invasi yang dilakukan sekutu pimpinan Amerika Serikat ke negara itu 2003 lalu untuk menggulingkan Saddam Hussein.
"Apa yang terjadi di Irak saat ini merupakan kegagalan total petualangan AS dan Inggris. Persatuan Irak kini dalam bahaya," ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Kamis (12/06).
Lavrov mengatakan, sejal lama pihaknya telah memperingatkan bahwa invasi sekutu atas Irak hanya akan memecah belah negeri itu. "Kami sangat khawatir dengan situasi di Irak. Sudah sejak lama kami memperingatkan bahwa petualangan AS dan Inggris tak akan berakhir baik," ujar Lavrov.
Rusia, ujar dia, mendukung para pemimpin Irak dalam kondisi yang tak menentu ini. "Kami mendukung pemerintah dan rakyat Irak yang sedang memulihkan perdamaian dan keamanan di negeri mereka namun aksi kawan-kawan Barat kami menimbulkan pertanyaan besar," kata Lavrov.
Para pejuang kelompok ISIS menggelar serangan militer besar-besaran yang dimulai Senin (9/6/2014) malam dan sejauh ini berhasil menguasai sejumlah provinsi dan tengah maju menuju Baghdad, ibukota Irak.
Pemerintah AS mengatakan siap membantu Irak, sementara Inggris memutuskan tidak akan mengirim kembali pasukan ke negara yang dikoyak perang itu. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan konflik di Suriah terbukti merembes ke negara-negara tetangganya.
Menurut Lavrov, pernyataan Hague itu tidak lebih dari sebuah sinisme. "Kami memahami bahwa kolega Inggris kami memiliki sebuah kemampuan unik untuk memutarbalikkan fakta. Meski demikian saya tak menyangka mendengar sinisme semacam ini," ujar Lavrov.
© Copyright 2024, All Rights Reserved