Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan, Indonesia memerlukan grand strategy atau strategi besar dalam mewujudkan kepentingan nasional dan cita-cita kemerdekaan bangsa di tengah situasi dunia yang penuh dinamika dan terus berubah.
SBY mengharapkan para penyelenggara negara, termasuk para pemimpin militer dan pembuat kebijakan pertahanan negara, merumuskan strategi besar sebagai sebuah rencana pembangunan jangka panjang 25 tahunan.
Hal itu disampaikannya dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Ilmu Ketahanan Nasional oleh Universitas Pertahanan Indonesia di Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/06) sore.
"Dalam pemikiran saya itu, di dalamnya sudah termasuk bagaimana bangsa ini bisa menghadapi berbagai tantangan dan ancaman, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, sehingga cita-cita dan tujuan besar itu dapat dicapai. Saya pikirkan pula secara holistik baik aspek keamanan (security) maupun aspek kesejahteraan (prosperity) yang kedua-duanya amat penting," ujar SBY.
Elemen strategi besar itu, menurut Presiden SBY, juga mencakup perkembangan lingkungan strategis, baik regional maupun global, agar kita bisa mengenali baik ancaman maupun peluang yang ada. Tentu juga diperhitungan semua elemen kekuatan nasional yang dimiliki Indonesia (national power). Apakah itu politik, ekonomi, dan militer, sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur fisik hasil pembangunan dan teknologi. Termasuk, kekuatan ideologi, nilai-nilai dasar dan budaya bangsa.
SBY mengatakan, grand strategy itu dapat dilebarkan sehingga menjadi arah, strategi besar dan kebijakan dasar dari sebuah negara, dengan cara membangun dan menggunakan semua potensi nasional yang dimiliki, untuk melindungi kepentingan dan tercapai-nya tujuan nasional, berlaku dalam jangka waktu yang jauh ke depan, baik di masa perang maupun damai.
"Dengan pengertian yang saya bangun seperti ini, kita bisa mengaitkan misalnya dengan pemikiran yang melandasi rencana pembangunan jangka panjang 25 tahunan, yang dalam era pemerintahan yang lalu disebut sebagai Ggaris-garis besar Besar haluan Haluan negara Negara (GBHN). Atau juga Visi Indonesia 2030, yang pernah dirumuskan oleh sejumlah lembaga kajian strategis Indonesia pada awal tahun 2000-an," papar SBY.
Adapun dari aspek militer, menurut SBY, dapat pula dikaitkan dengan kebijakan pembangunan kekuatan dan modernisasi TNI jangka panjang menuju kekuatan yang cukup (minimum essential force) di masa damai, yang dalam masa perang bisa dilakukan mobilisasi dan peningkatan persenjataan militer yang diperlukan.
Pada bagian akhir pidatonya, Presiden SBY menyodorkan visinya yang berjudul "Indonesia In 2045: A Centennial Journey", yang dimuat oleh Strategic Review : The Indonesian Journal of Leadership, Policy and World Affairs, edisi Agustus 2011.
Visi tersebut, kata SBY, adalah Indonesia yang berhasil menjadi negara modern yang kuat, yang paling tidak memiliki 3 kekuatan utama. Pertama adalah ekonomi yang kuat dan berkeadilan, dengan demikian kita bisa membuat rakyat semakin sejahtera menuju masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanahkan oleh UUD 1945.
Kedua, demokrasi yang stabil dan berkeadaban, sehingga pelibatan rakyat dalam politik membawa maslahat dan kebaikan bersama. Sedangkan yang ketiga adalah peradaban bangsa yang unggul dan maju, yang dalam dirinya menjadi potensi dan kekuatan bangsa menuju negara maju (developed country) di abad ke-21 ini.
Presiden SBY mengungkapkan bahwa keberhasilannya meraih gelar guru besar, berkat pengorbanan dan dorongan istri dan anak-anaknya, menteri-menterinya, para Staf Khusus Presiden (SKP), staf pribadi, dan para ajudan.
"Saya harus mengorbankan waktu paling berharga saya, yaitu waktu saya bersama keluarga, karena waktu itulah yang tersedia. Untuk itu, yang pertama saya harus berterima kasih kepada istri tercinta Ani Yudhoyono," kata Presiden mengakhiri pidatonya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved