Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres kecewa dengan sikap koalisi Arab Saudi yang enggan mencabut blokadenya atas Yaman. Guterres bahkan menyebut, upaya koalisi Saudi memerangi pemberontak Houthi di Yaman sebagai "perang bodoh".
"Sekjen sangat kecewa karena kami belum melihat pencabutan blokade," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (17/11/2017).
Dujarric menambahkan, Guterres dan para pejabat tinggi PBB "sedih melihat pemandangan yang kami lihat dari Yaman dan risiko terus berlangsungnya penderitaan rakyat Yaman."
"Ini krisis buatan manusia," cetus Dujarric seraya menambahkan bahwa Guterres menyebut perang ini sebagai "perang bodoh."
Koalisi Saudi telah menutup pelabuhan-pelabuhan dan jalur penerbangan di Yaman dan perbatasan-perbatasan sejak 6 November lalu. Langkha itu dilakukan sebagai respons atas serangan rudal yang dilakukan pemberontak Houthi di Yaman. Rudal tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Saudi dan jatuh di dekat Riyadh.
Pejabat-pejabat PBB telah berulang kali meminta koalisi Saudi untuk mengakhiri blokade tersebut, namun tidak dihiraukan. Sekjen PBB bahkan menulis surat untuk Duta Besar Saudi Abdallah al-Mouallimi pada Kamis (16/11) waktu setempat guna meminta diakhirinya blokade tersebut. Guterres menyebut blokade Saudi telah berdampak buruk pada upaya-upaya kemanusiaan.
Dalam suratnya untuk Dubes Saudi, Abdallah al-Mouallimi, Guterres meminta koalisi mengizinkan penerbangan-penerbangan PBB ke ibu kota Sanaa dan kota Aden, serta membuka kembali pelabuhan-pelabuhan penting Hodeida dan Saleef di wilayah yang dikuasai Houthi, sehingga pengiriman bantuan kemanusiaan bisa dilakukan.
Permintaan langsung kepada Dubes Saudi itu menunjukkan meningkatnya kekhawatiran akan krisis kemanusiaan di Yaman dan penolakan koalisi Saudi untuk membuka akses bagi bantuan kemanusiaan.
Koalisi Saudi beralasan bahwa kapal-kapal yang berlabuh di Hodeida digunakan untuk menyelundupkan senjata-senjata ke pemberontak Houthi. Padahal badan-badan PBB telah mengingatkan bahwa tanpa pengiriman bantuan vital seperti makanan dan obat-obatan, "ribuan korban tak bersalah, termasuk banyak anak-anak, akan meninggal."
PBB telah mencatat Yaman sebagai krisis kemanusiaan nomor satu di dunia, dengan 17 juta orang membutuhkan makanan, yang sekitar 7 juta orang di antaranya saat ini terancam kelaparan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved