Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon, menyerukan penghentian segera pertempuran di Yaman. Ini adalah seruan pertamanya setelah serangan udara pimpinan Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi dimulai sejak 3 pekan lalu.
Ban mengatakan negara termiskin di Timur tengah itu sudah mengalami bencana sebelum perang meletus, dengan tingkat kerawanan pangan lebih tinggi daripada kawasan miskin di Afrika. Ia menyebut pertempuran yang terjadi saat ini hanya menambah berat masalah tersebut.
“Itu sebabnya saya menyerukan gencatan senjata segera di Yaman oleh semua pihak," kata Ban dalam acara Klub Pers Nasional di Washington, Kamis (17/04).
Ban mengatakan, pihak Saudi telah memastikan kepadanya, bahwa mereka memahami bahwa harus ada proses politik. “Saya menyerukan kepada semua warga Yaman untuk berpartisipasi dengan niat baik," katanya.
Ban mengatakan, proses diplomatik yang didukung PBB masih menjadi jalan terbaik untuk keluar dari perang yang membawa implikasi mengerikan bagi stabilitas kawasan.
Dalam pidatonya, Ban tidak menyinggung mengenai keputusan mantan utusan khusus PBB di Yaman, Jamal Benomar untuk mundur dari tugasnya karena kegagalan dialog perdamaian yang dimediasi PBB.
Sumber-sumber diplomatik menyebut, Ban telah menunjuk diplomat Mauritius Ismail Ould Cheikh Ahmed untuk menggantikan Benomar.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah Arab Saudi dan negara-negara Teluk lain mencerca Benomar karena mereka merasa ia terlalu berpihak pada Houthi.
Arab Saudi melancarkan serangan udara di Yaman bulan lalu, setelah pemberontak Houthi mengambil alih kendali atas ibukota Sanaa pada September, mendekati kota pelabuhan Aden, dan memaksa Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menyingkir ke Riyadh.
Kelompok Houthi dan unit militer yang setia pada mantan presiden Ali Abdullah Saleh bertempur bersama dalam beberapa fron melawan pasukan milisi yang setia pada Hadi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved