Riuh rendah kasus aksi unjuk rasa di depan kantor Majalah Tempo akhir pekan lalu masih terus menjadi pembicaraan publik. Aksi unjuk rasa ini merupakan buntut dari pemberitaan TEMPO yang seakan memosisikan bos Artha Graha Tomy Winata (TW) dibalik pembakaran pasar Tanah Abang.
Berita Tempo yang menjuluki TW sebagai {‘pemulung besar’} itu memicu berbagai keresahan di kalangan grup Artha Graha. Tomy Winata sendiri mengaku mendapat teror dan pembunuhan dari orang-orang yang mengaku perwakilan pedagang pasar di Tanah Abang.
“Puluhan telpon gelap mengancam mau membunuh saya dan merusak net work grup Artha Graha,” tandasnya kepada POLITIKINDONESIA.COM akhir pekan lalu.
Kalau demikian yang terjadi, siapa sebetulnya yang anarkis dan bertindak sebagai preman. Menurut Tomy, dirinya tak pernah mengajukan proposal pembangunan Pasar Tanah Abang.
“Tolong cari buktinya, saya siap dikonfrontasi,” tantang Tomy sambil menginformasikan bahwa dirinya tak pernah diwawancara wartawan Tempo. “Tak pernah ada wawancara dengan Tempo,” tukasnya.
Akibat pemberitaan Tempo yang tanpa data dan konfirmasi itu, papar Tomy, justru dirinya dan grup Artha Graha yang terancam. Boleh jadi, seperti apa yang dikatakan pimpinan {Media Centre Artha Graha} Yusuf Yazid, majalah Tempo justru melakukan premanisme jurnalistik dengan berlindung dibalik kebebasan pers.
“Premanisme jurnalistik justru lebih berbahaya dari pada kasus aksi unjuk rasa yang berbuntut kekerasan,” kata Yusuf sembari menyesalkan sikap Tempo yang dianggap telah melakukan pembunuhan karakter terhadap Tomy Winata dan grup Artha Graha.
Bagaimana mestinya sikap kita? Tak ada pilihan, kebebasan pers harus tetap dijaga. Namun tindakan pers yang keliru pun harus dikoreksi dan dan diakui kekeliruannya. Karena tafsir kebenaran bukan hanya milik pers.
Bagaimanapun kasus ini harus diselesaikan secara hukum. Semua pihak termasuk pers harus menjunjung tinggi mekanisme hukum sebagai cara untuk menyelesaikan konflik. Majalah TEMPO dan Tomy Winata perlu membeberkan fakta-fakta di pengadilan secara jujur. Siapa sebetulnya yang salah dan siapa yang bertindak seperti preman?
© Copyright 2024, All Rights Reserved