Sejumlah umat Muslim, Kristen, dan Yahudi di Kota Melbourne menggelar kegiatan jalan bersama sambil mengunjungi tempat peribadatan satu sama selain. Kegiatan ini digelar Minggu (10/10) kemarin, yakni sehari setelah aksi unjuk rasa anti-Muslim yang digear kelompok ekstrem kanan di Kota Bendigo.
Kegiatan jalan bersama bertujuan tidak hanya untuk saling mengenal perbedaan ketiga agama monoteis tersebut, juga sebagai bentuk dukungan solidaritas bagi agama yang mendapat sorotan kurang baik dan mendapat tekanan, dalam hal ini Islam.
Kegiatan dimulai di gereja St Peters Eastern Hill Anglican Church yang berada di kawasan Melbourne timur.
Lebih dari 60 orang peserta sudah berkumpul di depan gereja sejak pukul 14.00 waktu setempat. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan agama, seperti Budha dan Hindu. Termasuk mereka yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan, atau Atheis.
Saat mereka dipersilakan masuk, pemandangan yang unik terlihat karena penganut agama Yahudi yang menggunakan kippah, topi bundar kecil, terlihat duduk bersebelahan dengan perempuan berjilbab.
Menteri Multikultur dan Budaya negara bagian Victoria, Robin Scott, membuka acara dengan sambutannya dengan mengatakan, Victoria adalah negara bagian di Australia yang mendukung keberagaman dan kebebasan beragama.
"Acara seperti ini menjadi bentuk bahwa ada kepeduliaan diantara sesama pemeluk agama dan kepercayaan untuk menunjukkan persahabatan," kata Robin Scott kepada ABC International.
Pastor Hugh Kempster kemudian memimpin doa bersama dan melantunkan beberapa penggalan gospel. Dalam kesempatan tersebut, Pastor Hugh mendoakan agar umat Yahudi, Kristen, Muslim, dan masyarakat Australia lainnya selalu dalam kedamaian.
Dari gereja, para peserta kemudian berjalan bersama menuju sinagog, rumah ibadah bagi umat Yahudi. Disana mereka diterima oleh Rabbi Dovid Gutnick.
Di sinagog, mereka menjelaskan bahwa Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama memercayai dan meyakini beberapa nabi, seperti Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim.
Sebelum meninggalkan kuil, para peserta dihibur dengan penampilan seorang violin yang menggiringi Rabbi menyanyikan beberapa lagu, salah satunya adalah Hevenu Shalom Aleichem dalam bahasa Israel. Beberapa peserta, termasuk Imam, Pastor, dan Rabbi tampak bergembira sambil berdansa bersama.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan tujuan selanjutnya yakni masjid milik komunitas Muslim Albania, yang terletak di kawasan Carlton.
Meski harus berjalan selama hampir 30 menit di bawah teriknya sinar matahari di musim panas, para peserta tetap antusias.
Saat mereka tiba di masjid, mereka langsung disambut oleh sejumlah Muslimah yang memberikan air minum.
Saat mereka duduk di masjid, tidak tampak adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Sementara para perempuan yang hadir pun tetap menggunakan baju yang mereka pakai, tanpa menggunakan kerudung. Tapi ada beberapa wanita yang terlihat mulai menutup rambutnya dengan syal.
Imam Bekim Hasani menyambut para tamu dengan membaca surat Al Fatihah beserta terjemahannya. Lalu dia memberikan penjelasan soal sejarah berdirinya masjid bagi komunitas Albania yang pertama di Melbourne tersebut.
Selanjutnya, dia berbagi soal ajaran Islam sebagai agama yang damai dan menjawab sejumlah kesalahpahaman yang kerap terjadi soal ajaran Islam dan Muslim.
Penjelasannya ini seolah menjadi jawaban dari tekanan yang dialami komunitas Muslim di Australia karena seringnya pemberitaan yang berkaitan dengan Islam.
Sejumlah peserta mengaku bahwa pengalaman ini menjadi pembuka mata soal agama-agama yang kerap digambarkan berbeda di media atau pembicaraan sosial.
Acara Jalan Bersama Perdamaian ini digelar oleh Asosiasi Komunitas Yahudi, Kristiani, dan Muslim Victoria atau JCMA. Organisasi ini aktif mempromosikan dialog, kerjasama, dan persahabatan di antara umat beragama.
© Copyright 2024, All Rights Reserved