Dalam waktu dekat pendirian perguruan tinggi untuk anak yatim dan miskin di ASEAN akan segera terealisasi. Kampus yang akan dibangun oleh Yayasan Wakaf Pendidikan Anak Yatim dan Miskin (Yawatim) ASEAN itu berada di Pekanbaru, Riau.
Demikianlah disampaikan Ketua Forum Yatim Asean Tengku Mahmud bin Mansor disela-sela Launching Waqaf Pendirian Universitas Anak Yatim dan Miskin Asean serta Peresmian Kantor Yawatim Asean kepada politikindonesia.com di Jakarta, Minggu (12/05).
“Awalnya, kami berencana membangun universitas itu di Surabaya. Namun pemerintah Malaysia saat itu tidak memberikan izin untuk membawa uang ke luar negeri dalam jumlah banyak untuk pembangunan kampus, sehingga kami pun terkendala. Namun, karena adanya hibah tanah dari Hasyim Majdi dari mantan PNS di Riau seluas 130 hektar, maka rencana pembangunan itu akan diwujudkan tahun ini dan diperkirakan 2 tahun selesai,” katanya.
Dia menjelaskan, universitas tersebut sama seperti kampus untuk anak yatim dari Forum Yatim ASEAN yang sudah dibangun di Malaysia sejak 22 tahun lalu. Universitas tersebut hingga saat ini sudah melahirkan sekitar 7.000 lebih sarjana. Bahkan, universitas itu tidak hanya melahirkan generasi yang mahir pada bidang ilmu pengetahuan, tapi juga mahir di bidang ilmu syariat agama.
“Kami sadar, anak yatim mengalami kesulitan dana untuk menempuh pendidikan yang lebih baik. Makanya, kami berencana kembali mendirikan kampus untuk anak yatim dan kurang mampu. Karena pendidikan adalah hal terbaik yang harus dilakukan untuk meningkatkan harkat, martabat dan derajat anak yatim serta anak miskin. Sehingga mereka bisa mendapatkan bekal untuk menyongsong masa depan,” ungkapnya.
Setelah di Indonesia selesai, lanjutnya, pihaknya berencana akan mendirikan universitas serupa di Thailand. Sedangkan, untuk pembangunan di Indonesia akan dilakukan dalam 3 tahap dengan dana sekitar RM10 juta untuk setiap tahapnya. Kampus itu nantinya akan menerima 1.000 mahasiswa dengan 3 Fakultas, di antaranya Pariwisata dan Management Bisnis. Kampus itu juga akan memiliki ruang kuliah yang representatif, kurikulum yang modern hingga laboratorium tempat anak-anak magang kerja serta dosen pengajar yang berkualitas termasuk asrama bagi mahasiswa.
“Karena universitas ini kami siapkan khusus untuk memberikan akses lebih baik bagi pendidikan anak-anak yatim dari berbagai wilayah di Indonesia dan negara-negara lainnya. Apalagi kampus juga dilengkapi dengan asrama yang bisa menampung sebanyak 3.000 mahasiswa. Dimana, 90 persen mahasiswa dari Indonesia dan sisanya 10 persen lagi mahasiswa dari negara Asean,” paparnya.
Menurutnya, saat ini pihaknya sudah menyegarakan proses pembangunan kampus itu. Saat ini lahan seluas 130 ha itu, setengahnya sedang pengerjaan pembersihan lahan dan tahap peningkatan surat tanahnya menjadi sertifikat hak milik (SHM). Diharapkan sekitar bulan Juli-Agustus 2018, peletakan batu pertama pembangunan kampus Universitas Yatim ASEAN sudah bisa dilakukan.
“Kampus di Pekanbaru ini merupakan cabang langsung dari kampus yang ada di Terengganu, Malaysia. Sehingga tahun ajaran baru nanti sudah bisa menerima mahasiswa baru, terkhusus anak yatim Indonesia di kampus ini," terangnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pendidikan Penelitian dan Penyuluhan Kementerian Sosial (Kemensos) Harry Z. Soeratin menyampaikan apresiasinya terhadap Yayasan Yawatim Asean terkait rencana pembangunan perguruan tinggi di Indonesia. Karena pembangunan kampud seluas itu merupakan suatu rencana yang luar biasa. Selama ini, kampus yang ada dibawah naungan pihaknya paling luas hanya 10 ha dan sebagian besar hanya seluas 3 ha.
“Tidak banyaak orang yang berniat dan manfaat melaksanakan wakaf 130 hektar untuk mensejahterakan anak anak yatim. Apalagi yang punya niat melaksanaakan itu semua. Karena kelebihan wakaf 100 ha itu sangat luar biasa. Apalagi menangani anak yatim memang menjadi tugas negara seperti diamanahkan oleh UUD 1945. Tetapi masyarakat tentu diharapkan peranannya agar pemeliharaan anak yatim dan anak miskin menjadi lebih optimal,” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved