Banyak cara yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia dalam berzakat. Salah satunya, seperti yang diinisiasi Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), yakni melalui permainan edukatif yang dinamakan, Zakat Game.
Direktur Utama IZI, Wildhan Dewayana menjelaskan permainan ini dirancang untuk semua kalangan. Tujuannya agar lebih mudah mempelajari ilmu zakat secara lengkap. Permainan menjadi medianya, karena mudah sekali diterima berbagai kalangan.
“Hadirnya permainan ini sebagai sarana edukasi masyarakat. Selain itu juga sebagai solusi untuk memperluas wawasan masyarakat mengenai zakat. Karena dalam permainan ini akan membuat para pemainnya menikmati permainan. Tapi tanpa disadari sebenarnya mereka sedang belajar tentang berbagai ilmu zakat," katanya kepada politikindonesia.com usai Launching Zakat Game di Jakarta, Selasa (15/08).
Menurutnya, Zakat Game layaknya permainan Monopoli yang sering dimainkan anak-anak era tahun 90-an. Perbedaannya, pemain Monopoli dianggap menang setelah memiliki kekayaan yang sangat banyak. Sementara, pemainnya dianggap menang setelah pemain bisa menunaikan semua zakatnya.
"Artinya, permainan Monopoli berlomba-lomba untuk menjadi kaya raya. Sedangkan, pada zakat game pemain berlomba-lomba untuk menunaikan segala jenis zakat. Permainan ini juga dilengkapi dengan informasi dan pelajaran tentang zakat karena merupakan jenis permainan edukasi," paparnya.
Wildan mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi dari perjalanan pengelolaan zakat di Indonesia, sampai saat ini yang masih menjadi kendala adalah minimnya partisipasi dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya berzakat. Maka dari itu, pihaknya sengaja menghadirkan melalui pendekatan permainan Zakat Game agar masyarakat mudah menerima dan faham esensi zakat.
"Permainan edukasi ini akan terus dipublikasikan ke semua lapisan masyarakat demi meningkatnya pemahaman mengenai zakat. Sebelumnya, masyarakat terbiasa mendapat informasi mengenai zakat dengan cara formal dan konvensional. Sehingga semua kalangan tidak terjangkau semua oleh informasi yang diberikan," tegasnya.
Dalam kesempatan ini, pihaknya berharap, permainan ini bisa menjadi media pembelajaran yang memudahkan masyarakat untuk memahami zakat, dan ini akan terus disebar luaskan ke semua kalangan. Tak hanya anak-anak di sekolah, tapi juga untuk para petugas pengumpul zakat yang selama ini belum tentu menguasai informasi soal zakat.
"Kami memang menargetkan, sekolah-sekolah di Indonesia menggunakan permainan ini sebagai bagian pembelajaran. Bahkan dalam perencanaannya setiap rumah bisa punya games seperti ini sebagai alternatif hiburan dan sarana edukasi keluarga," kata Wildan.
Sementara itu, Azman Ab Rahman dari Universiti Sains Islam Malaysia yang menciptakan permainan ini di Malaysia menambahkan, ide permainan bertema zakat ini muncul dari kampung halamannya di Selangor, Malaysia. Karena dari 3 juta penduduk beragama Islam di Selanggor hanya 260.000 orang yang membayar zakat harta.
"Sisanya, hanya membayar zakat fitrah menjelang Idul Fitri. Padahal, jenis zakat ada bermacam-macam. Padaha di mana saja pasti ada pembayaran zakat. Di Eropa, Arab, Asia, orang Islam yang mampu mesti bayar zakat," tandasnya.
Diakuinya, kurikulum soal zakat di sekolah-sekolah Malaysia masih sedikit. Anak-anak disuruh menghafal dan tidak pernah berinteraksi langsung dengan zakat. Padahal, hafalan tidak menumbuhkan kesadaran anak-anak untuk berzakat.
© Copyright 2024, All Rights Reserved