Tim Kerja Strategis (TKS) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2,Prabowo-Gibran, mempertanyakan protes yang dilayangkan banyak guru besar dari berbagai kampus kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhir-akhir ini.
Ketua TKS Prabowo-Gibran, Bahlil Lahadalia, mengatakan, dirinya menghargai pandangan dari civitas akademika yang menyampaikan protes terhadap tindakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai telah banyak cawe-cawe dalam proses pemilu 2024.
Namun menurut Bahli, ada segelintir orang yang sengaja memanfaatkan gerakan civitas akademika tersebut untuk kepentingan politik kelompok tertentu.
"Dengan segala hormat, dari sekian banyak itu ditengarai ada beberapa yang tidak murni tapi ada beberapa juga yang bagus-bagus," kata Bahlil dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/2/2022).
Menurut Bahlil, dirinya mempertanyakan fakta yang menyampaikan protes hanya beberapa guru besar dari perguruan tinggi dan bukan rektornya.
Bahlil memperkirakan adanya strategi lawan politik di dalam kelompok civitas akademika tersebut.
Baik pasangan 01, 02, dan 03, kata Bahlil, akan membuat strategi agar bisa mewujudkan apa yang jadi harapan mereka. Kalau ada beberapa guru besar dan dosen bicara tapi bukan rektornya.
"Penciuman dan intuisi kita ada (strategi politik). Tapi kami tetap berpikir positif. Karena kami yakin guru-guru besar dan dosen punya integritas. Tapi ada yang dalam penilaian kami masih ada yang (segelintir orang yang patut) dipertanyakan," kata Bahlil yang kini masih menjabat Menteri Investasi.
Sebagai contoh, Bahlil menunjukkan kejadian yang bisa menjadi bukti gerakan civitas akademika ditunggangi kepentingan politik tertentu. Yaitu, adanya sebuah foto dari gerakan civitas akademika yang menggunakan simbol dari pasangan calon tertentu.
"Contoh, ada foto yang disampaikan itu dengan pakai kode dengan nomor (paslon) tertentu. Feeling saya sebagian dari proses itu ada by design. Tapi tidak semuanya," pungkas Bahlil. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved