DAHSYAT! Kata ini yang mungkin paling tepat untuk mengungkapkan suasana kampanye Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Jakarta International Stadium (JIS) di Jakarta Utara pada Sabtu lusa (10/1).
Pertama, mau ikut kampanye, mereka berebut daftar. Ada aplikasinya. Mereka rela menunggu berjam-jam untuk bisa masuk ke aplikasi itu. Ada yang rela menunggu 4 jam. Luar biasa. Makhluk apa Anies-Muhaimin ini sehingga para penggemar dan pendukungnya rela berebut daftar berjam-jam sekedar ingin menghadiri kampanyenya di JIS. Ini kampanye, bukan nonton konser Coldplay. Tapi lebih besar dan membeludak.
Tercatat 3,5 juta orang antre di depan aplikasi. Hanya beberapa menit aplikasi dibuka. Padahal, JIS hanya menampung sekitar 82.000 orang. Ditambah dengan space di lapangan. Mungkin total gak lebih dari 150.000 orang. Sisanya, mereka harus rela untuk berada di luar stadion.
Sebanyak 3,5 juta itu yang kebetulan melek internet, bisa membuka link aplikasi. Asumsinya, mereka yang melek IT (aplikasi-red) jumlahnya lebih sedikit dari yang gaptek IT. Usia 40 atau 50 tahun ke atas, mungkin mereka tidak lihat aplikasi. Terutaka emak-emak. Mereka, otomatis tidak ikut daftar. Jumlahnya bisa jadi tiga kali lipat.
Diperkirakan jumlah yang hadir bisa di atas 5 juta, bahkan 10 juta. Ini asumsi yang mungkin ada benarnya kalau kita lihat antusiasme mereka. Para pendukung Anies-Muhaimin yang ingin hadir.
Hotel di sekitar JIS kabarnya sudah penuh. Gak tersisa room untuk mereka menginap. Karena hanya dengan cara menginap di sekitar JIS, mereka memungkinkan bisa masuk ke area JIS. No room yang tersisa.
Kedua, massa yang akan hadir di JIS berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Ini tidak seperti biasanya. Umumnya, kampanye bersifat lokal. Di Surabaya misalnya, yang hadir hanya masyarakat Jawa Timur di sekitar wilayah Surabaya. Di Makassar, ya yang datang adalah mereka yang tinggal gak jauh dari Makassar. Begitu juga di Medan. Jumlahnya pun tembus satu juta.
Apalagi, kampanye di JIS. Para pendukung Anies-Muhaimin yang akan datang berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Diperkirakan lebih dari 30 provinsi. Ini rekor tersendiri.
Tapi yakinlah, MURI tidak akan berani memberikan hadiah dan nominasi. Pemilik bus saja ada yang takut disewa busnya, apalagi MURI. Kasus pajak bisa dibongkar. Gak bahaya tah?
Yang pasti, kampanye Anies-Muhaimin di JIS menjadi berkah buat semua maskapai penerbangan, angkutan perkapalan, travel, kereta, bus Transjakarta, ojek online, dll. Pedagang asongan di sekitar JIS juga dapat berkahnya. Silakan jika anda juga ikut mengais rezeki dengan jualan gorengan atau air mineral.
Ketiga, mereka yang hadir di JIS, pakai biaya sendiri. Rogoh kocek sendiri. Tidak dimobilisasi dengan dana dari timses. Tidak ada keterlibatan oligarki. Tidak ada pengusaha yang merasa ditekan dan dipaksa bantu biaya. Yang bisa nekan, itu hanya penguasa.
Timses Anies-Muhaimin nampaknya paling "kere". Dari mana melihatnya? Baliho dan banner Anies-Muhaimin paling sedikit. Sudah sedikit, bentuknya beda-beda. Tidak seragam seperti punya paslon lainnya. Itu menunjukkan bahwa pembuatnya beda-beda. Kelihatan kalau itu baliho relawan. Baliho hasil patungan.
Dari sini, terlihat semangat dan militansi para pendukung Anies-Muhaimin melampaui pendukung paslon lainnya. Memang beda. Wajar jika dalam survei terbaca bahwa sekitar separuh pemilih Anies-Muhaimin tidak akan berubah pilihannya. Sementara dua paslon lainnya, 75% pemilihnya rentan berpindah. Inilah yang disebut swing voters.
Dari baliho yang sepi dan beda-beda ukuran dan desainnya, kampanye yang terus ramai dan membeludak, hasil survei yang menunjukkan besarnya die hard Anies-Muhaimin, semua ini akan menjadi spirit untuk sebuah kemenangan jika diorkestrasi dengan masif.
Basis massa pendukung Anies-Muhaimin yang antusias, menyebar dan masing-masing bergerak dengan kesadaran dan dananya sendiri dapat menjadi kejutan yang bisa membalik hasil survei yang selama ini secara masif dirilis ke publik.
Banyak yang memprediksi, suasana Pilpres 2024 mirip Pilgub DKI 2017. Di Pilgub DKI, suara Anies paling bawah. Seiring berjalannya kampanye, suara Anies naik dan menjadi runner up di putaran pertama. Putaran kedua, Anies berhasil mengunci rivalnya di angka yang sama. Dan Anies memenangi konstestasi Pilgub DKI.
Apakah prediksi bahwa Anies-Muhaimin akan memenangi pilpres putaran kedua nanti? Apakah jutaan pendukung Anies-Muhaimin yang memadati JIS menjadi sinyal untuk sebuah kemenangan? Kita tunggu Rabu depan. rmol news logo article
Tony Rosyid
Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
© Copyright 2024, All Rights Reserved