Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi komoditas pangan strategis nasional, seperti beras dan jagung untuk mencapai ketahanan pangan. Termasuk dukungan penyediaan sarana produksi, seperti pupuk.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Pending Dadih Permana, mengatakan, pihaknya mencatat dalam 2 tahun terakhir ini produksi komoditas pangan strategis nasional seperti beras dan jagung mengalami peningkatan. Peningkatan untuk produksi beras tumbuh di atas 5 persen, sedangkan jagung 18 persen.
"Produksi nasional beras dan jagung yang mampu diraih saat ini dimungkinkan dengan dukungan ketersediaan dan kebijakan sarana produksi. Di antaranya pupuk dan benih unggul serta alat mesin pertanian," katanya kepada politikindonesia.com disela-sala seminar "Kinerja Kedaulatan Pangan dan Pemupukan Nasional" di Jakarta, Rabu (30/08).
Menurutnya, ada faktor penting yang menentukan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pangan strategis nasional itu. Karena capaian itu tak bisa dilepaskan dari dukungan ketersediaan dan kebijakan pupuk. Sehingga industri pupuk harus berkembang. Selain pupuk, memang ada faktor penentu lain dalam peningkatan produksi pertanian. Misalnya, ketersediaan benih unggul dan peralatan untuk mesin pertanian.
"Namun, pupuk memang menjadi faktor penting dalam peningkatan produktivitas. Pupuk merupakan salah satu input produksi yang harus diperjuangkan. Karena dengan dukungan dan penggunaan pupuk secara berimbang dengan tepat oleh petani ketahanan pangan optimis bisa dicapai secepatnya," tegas Pending.
Dijelaskan, target untuk mencapai swasembada pangan saat ini dihadapkan pada tantangan masifnya alih fungsi lahan. Apalagi, banyak kabupaten/kota belum memiliki komitmen penuh menetapkan lahan pangan berkelanjutan.
"Dari data kami menyebutkan, laju konversi lahan pertanian produktif ke non produktif sekitar 100.000 hektar (ha) per tahun. Dari angka ini, sekitar 80 persen diantaranya terjadi di Pulau Jawa yang merupakan sentra produksi padi," ungkapnya.
Di sisi lain, katanya, realisasi pencetakan sawah baru selama kurun waktu 2014-2016 hanya 174.763 ha. Sementara, tingkat produktivitas tanaman padi pun masih tergolong rendah. Luas penguasaan lahan petani pun semakin berkurang dari 0,22 pada 2012, diperkirakan menjadi 0,18 ha pada 2050.
"Upaya peningkatan kesejahteraan petani kian sulit. Seperti yang terjadi di Yogyakarta, sawah sudah seperti sisir jika dilihat menggunakan drone. Galengan sawah tersisa 4 meter (m)- 5 m, dari seharusnya 20 m - 40 m. Ini menyulitkan mekanisasi," tuturnya.
Sementara itu, peneliti senior dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Achmad Suryana menambahkan, capaian produktivitas komoditas pangan strategis nasional dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan rekor tersendiri. Dengan ketersediaan dan penggunaan pupuk secara berimbang dengan pola 6 Tepat yang berarti tepat jenis, jumlah, harga, mutu, waktu dan tempat memang telah berhasil mendorong pencapaian produksi dan produktivitas komoditas pangan strategis nasional.
"Penggunaan pupuk urea, SP36 dan KCL di sebagian besar propinsi di Indonesia sudah efisien. Di samping itu, petani juga tak responsif terhadap kenaikan harga pupuk. Artinya, harga tidak lagi menjadi penentu utama bagi petani dalam membeli dan menggunakan pupuk," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, anggota Komisi IV DPR, Oo Sutisna menegaskan, pangan adalah kebutuhan mendasar. Selain itu, sarana pendukung seperti benih dan pupuk tak terlepas dari pangan itu sendiri. Oleh sebab itu, pihaknya mendukung dan sangat setuju dengan arah kebijakan kedaulatan pangan yang mendorong peningkatan produksi dan penyediaan sarana produksi seperti pupuk dan benih.
"Namun, kami meminta pemerintah melihat adanya tantangan penurunan produktivitas lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian baik. Selain itu, pemerintah harus memperhatikan perawatan infrastruktur. Misalnya, di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa, banyak infrastruktur yang rusak karena tak dipelihara. Sehingga ketika musim hujan tiba, muncul banjir. Bila kemarau, yang muncul adalah pasang rob," ulasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved