Dari 34 Menteri Kabinet Kerja yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada Minggu (26/10) lalu, Susi Pudjiastuti adalah salah satunya. Perempuan yang dipercaya memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan ini, boleh dibilang paling mendapat sorotan media. Bukan hanya soal kisah suksesnya, tapi juga sosoknya yang dianggap nyentrik oleh sebagian kalangan.
Ditengah riuhnya berita pengumuman Kabinet Kerja, Susi mendapat sorotan lain. Sikapnya yang meminta jeda wawancara kepada wartawan di Istana Negara, agar bisa menghabiskan rokoknya, yang menjadi pembicaraan.
Belakangan, berita pun berkembang lebih jauh. Termasuk soal tatto yang ada di kaki pemilik PT ASI Pujiastuti Marine Product ini. Namun, ditengah cerita eksentrik itu, prestasi dan capaian sukses pemilik Susi Air tersebut tak dapat dipungkiri.
Ia berangkat dari nol dan sukses membesarkan bisnisnya hingga seperti saat ini. Dari seorang pedagang ikan biasa yang menjajakan dagangannya dengan bakul plus sepeda ontel, ia mampu mengembangkannya menjadi perusahaan perikanan terkemuka. Ia juga sukses mengembangkan penerbangan carter yang kini punya aset ratusan miliar rupiah.
Dengan pendidikan yang tidak tamat SMA, apa yang dicapai perempuan kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 ini, adalah luar biasa. Sederet penghargaan dari dalam dan luar negeri, adalah bukti dari prestasinya itu.
Kepada politikindonesia.com, usai serah terima jabatan dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebelumnya, Sharif C. Sutardjo di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Rabu (29/10), Susi mengaku siap mengemban amanat sebagai menteri dengan sungguh-sungguh. Ia bertekad ingin membangun ekonomi mandiri dan menumbuhkan kebanggaan diri bangsa Indonesia.
“Saya ini orang yang sangat menjunjung integritas. Saya terima pekerjaan ini. Saya berharap dengan pengalaman saya selama 33 tahun di perikanan dan 10 tahun di penerbangan, mudah-mudahan bisa membantu Indonesia menjadi lebih baik.”
Kepada Elva Setyaningrum, Susi bercerita panjang lebar terkait tantangan baru sebagai menteri yang kini diterimanya. Tentang kehawatiran keluarganya serta gayanya yang dianggap sebagian orang eksentrik. Berikut petikan wawancaranya.
Anda dipilih Presiden menjadi pembantunya, bagaimana perasaannya?
Sebenarnya jabatan baru ini membuat perasaan saya menjadi campur aduk. Saya belum tahu. Ini perasaan ini sedih, takut atau khawatir. Saya pun merasa deg-degan.
Saya khawatir jabatan ini juga akan dirasakan sebagai beban oleh keluarga saya. Namun yang pasti, anak-anak merasa senang. Tapi mereka juga takut saya tidak lagi punya waktu buat keluarga. Walaupun, anak-anak tahu kalau saya suka kerja. Job is more important.
Bagaimana dengan sejumlah perusahaan yang anda ditinggalkan karena Anda harus membantu Presiden?
Saya tidak pernah merisaukan hal itu. Semuanya sudah ditangani oleh manajer-manajer yang handal dan berkompeten di bidangnya.
Apa program jangka pendek anda di Kementerian Kelautan dan Perikanan?
Selama 2 bulan ke depan ini saya hanya akan meneruskan beragam program yang telah dilaksanakan Kementerian Perikanan dan Kelautan sebelumnya. Jadi, saya hanya meneruskan sampai saya melihat apa saja yang bisa dikritisi. Saya tidak mungkin merubah cara kerja di kementerian ini secara drastis.
Target Anda untuk memajukan kementerian ini?
Saya belum berani berbicara target-target. Itu harus dipelajari dulu. Yang penting sekarang do less get more. Intinya, untuk jangka panjang, saya akan membuat pemetaan yang bisa kita kerjakan dalam waktu dekat.
Pemetaan itu terkait dengan illegal fishing, perikanan budidaya, pemasaran atau karena hambatan tarif impor dan produk kita yang tidak kompetitif.
Untuk meraih capaian tersebut, perlu adanya keterbukaan di beberapa sektor khususnya di bidang data. Saya ingin kerjaan cepat selesai dengan membuat sistem sesederhana mungkin.
Bagaimana dengan pemberdayaan nelayan?
Saya ingin ada semacam program bantuan untuk membuka akses permodalan bagi nelayan pesisir. Nelayan juga harus dididik untuk memahami bisnis. Jadi saya ingin berpikir bisnis komersialisasi dari sektor nelayan.
Apabila nelayan memiliki kemampuan lain, maka kesejahteraan mereka bisa ditingkatkan. Jadi nantinya nelayan tidak hanya bisa menangkap ikan, tapi juga bisa menjualnya dengan harga tinggi. Sehingga nelayan bisa menghitung sendiri berapa biaya produksi dan pendapatan yang bisa diperoleh.
Bagaimana dengan illegal fishing yang kini masih marak?
Khusus illegal fishing, saya bertekad akan mengatasi pencurian ikan dengan membabat habis para penyelundup yang mencuri sumber daya perikanan di kawasan perairan Indonesia. Mereka sudah merugikan negara.
Kita ketahui, kawasan perairan di Indonesia kerap menjadi area pencurian ikan dari berbagai kapal penangkap ikan yang berasal dari luar negeri. Bahkan kapal-kapal yang menangkap secara ilegal komoditas perikanan di kawasan perairan Indonesia disinyalir berasal dari sejumlah negara tetangga yang terletak di kawasan ASEAN.
Lantas, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran hasil perikanan?
Satu langkah yang akan saya lakukan membangun bandara-bandara kecil untuk kepentingan pengangkutan hasil produksi perikanan atau lainnya.
Banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai produsen ikan. Misalnya, Pulau Simeulue di ujung Aceh yang kaya dengan lobsternya. Sayangnya, potensi itu belum tergarap maksimal karena terkendala masalah transportasi.
Dari pulau itu, kalau mau mengangkut lobster, terpaksa memakai perahu ke Pulau Haji terlebih dahulu. Akibatnya, banyak lobster yang mati karena lamanya perjalanan. Jadi, seharusnya, di pulau tersebut tersedia bandara yang memadai untuk didarati pesawat kecil agar bisa mengangkut lobster-lobster itu.
Dengan begitu, daya hidup lobster semakin tinggi. Karena lobster dalam kondisi mati hanya dihargai Rp30 ribu per ekor. Padahal, nilai jual tertinggi lobster dalam keadaan hidup bisa mencapai Rp100 ribu per ekor.
Kalau ada bandara, lobster atau hasil laut lain bisa dijual dengan harga tinggi. Kami akan pakai istilah one kilometer runway bring you to the world. Cukup 1 kilometer saja, biayanya juga tak mahal, sekitar Rp10 miliar-Rp20 miliar.
Ada komentar yang meragukan kemampuan Anda, apa tanggapannya?
Saya akan menantang orang-orang itu. Kalau mereka bisa memperlihatkan keahlian mereka di hadapan saya, saya akan mengajaknya untuk bekerjasama.
Tapi, kalau mereka tidak bisa membuktikan kesombongannya, , ya itulah sifat sebagaian orang Indonesia yang tak bisa melihat orang lain lebih sukses.
Kalau memang mereka mencibir karena latar belakang ijazah saya yang hanya lulusan SMP, saya anggap mereka tidak bisa membuktikan kepakaran mereka. Kalau cuma berkoar-koar saja, saya kira di Kementerian Kelautan dan Perikanan ini banyak orang yang sudah bekerja keras, and they are very excellent.
Ada pula yang menyoroti pribadi anda, seperti merokok misalnya?
Saya ada di Kementerian ini karena mau bekerja. Jadi, jangan pernah komentar tentang kehidupan pribadi saya.
Lagi pula, hal itu sudah menjadi kebiasaan saya dan saya tidak bisa mengubah kebiasaan tiba-tiba itu. Kalau saya disuruh berubah seperti seorang birokrat atau ibu-ibu yang manis dan feminin, jujur, saya tak bisa. Saya sudah 50 tahun seperti ini. Biarlah saya tetap menjadi diri saya sendiri.
© Copyright 2024, All Rights Reserved