Gempa 5,7 Skala Richter (SR) yang mengguncang Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara, Sabtu (18/11) lalu ternyata menimbulkan kerusakan cukup luas. Sebanyak 294 bangunan di 5 desa dilaporkan rusak.
Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (21/11) menyatakan, BPBD Pulau Morotai telah melaporkan dampak gempa tersebut kepada Posko BNPB.
Sutopo menuturkan, ada lima desa yang terdampak yaitu Desa Posi-Posi, Desa Leo-Leo Rao, Desa Aru Burung, Desa Lou Madoro, Desa Saminya Mao, dan Desa Waya Bula di Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara.
Satu orang meninggal dunia dan 294 bangunan rusak. Bangunan yang rusak meliputi 160 rumah rusak berat, 11 rumah rusak sedang, 108 rumah rusak ringan, satu pustu rusak berat, 12 gereja, dan satu sekolah dasar rusak ringan.
Sebanyak 486 jiwa dari Desa Leoleo Rao, dan 75 kepala keluarga dari Desa Aru Burung, serta Lou Madoro saat ini telah diungsikan pemerintah daerah setempat ke tempat yang lebih aman.
Di Desa Posiposi terdapat dua rumah rusak berat, dua rusak ringan, dan tiga rusak sedang. Sementara di Desa Leoleo Rao, sebanyak 56 rumah rusak berat dan 6 gereja rusak ringan.
Di Desa Aru Burung, gempa membuat 50 rumah rusak berat, 4 rusak ringan, dan 2 gereja rusak ringan, serta satu puskesmas pembantu (pustu) rusak berat.
Sedangkan di Desa Lou Madoro, terdapat 47 rumah rusak berat, 90 rumah rusak ringan, tiga gereja rusak ringan, 1 SD rusak ringan dan satu pustu rusak ringan.
Gempa 5,7 SR tersebut berpusat di laut pada kedalaman 10 kilometer dan berjarak sekitar 37 kilometer barat laut Pulau Morotai. Guncangan gempa dirasakan kuat di Pulau Morotai selama 3-5 detik. Saat bersamaan, gempa mengakibatkan lampu padam dan warga panik berhamburan keluar rumah.
“BMKG telah melaporkan bahwa terus terjadi gempa susulan dengan intensitas gempa yang lebih kecil," kata Sutopo.
© Copyright 2024, All Rights Reserved