Permintaan droping air bersih dari wilayah Kabupaten Rembang terus meningkat. Sudah 67 desa dari 14 kecamatan resmi meminta ketersediaan air bersih.
Akibat bencana kekeringan yang dialami hingga akhir Oktober tahun ini, setidaknya 13.569 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri 36.225 jiwa mengalami krisis air bersih.
Dari 14 kecamatan, desa paling banyak minta droping air bersih dari Kecamatan Sedan yakni 10 desa. Sedang yang paling sedikit dari Kecamatan Kaliori, Sluke, dan Pancur. Masing-masing hanya 2 desa.
Sejak beberapa bulan terakhir, sumur pribadi warga maupun sumur umum yang ada di desa-desa tersebut sudah kering. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti masak dan minum, mereka hanya mengandalkan dropping air bersih dari luar.
Beberapa desa yang dilanda krisis air bersih parah antara lain Pranti dan Bogorame, Kecamatan Slang. Desa Kenongo, Kecamatan Sedan. Lalu Desa Polbayem dan Pelemsari Kecamatan Sumber. Warga di desa-desa tersebut memang menjadi langganan kekeringan tiap tahun.
Namun, menurut Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan BPBD Rembang Puji Santoso, bencana kekeringan tahun ini lebih parah dari tahun lalu.
"Indikasinya, jumlah desa yang minta dropping air bersih ke Pemkab Rembang tahun ini bertambah. Tahun lalu hanya 53 desa, sekarang sudah 67 desa," ujar Puji, dikutip Senin (28/10/2024).
Puji juga mengatakan, hingga saat ini pihaknya telah melakukan dropping air bersih sebanyak 5.194.000 liter. Belum lagi dropping air bersih dari pihak luar. Dropping air bersih ini sudah disalurkan ke 67 desa yang kekeringan.
"Dampak bencana kekeringan menjadi tanggung jawab bersama Pemkab, swasta, BUMD, BMUN, Ormas dan lainnya. Jika hanya mengandalkan Pemkab, jelas anggarannya tidak cukup," ujarnya. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved