Banyak masyarakat yang masih salah presepsi terhadap penyakit epilepsi. Penderita penyakit yang oleh masyarakat disebut ayan atau sawan, yang identik dengan kejang-kejang ini, cenderung mendapatkan stigma negatif. Padahal, epilepsi bukanlah penyakit yang memalukan, sehingga penderitanya tak perlu dikucilkan. Tak perlu takut dengan penderita epilepsi, karena penyakit itu tidak menular dan bisa diobati.
Demikian disampaian dr Irawati Hawari dalam perbincangan dengan politikindonesia.com, di Jakarta, Senin (29/06). Ia menerangkan, epilepsi adalah salah satu penyakit neurologi menahun akibat gangguan syaraf otak yang abnormal dengan bentuk serangan kejang atau perubahan tingkah laku dan kesadaran.
Epilepsi dapat menimpa siapa saja di dunia tanpa memandang usia, gender, ras, sosial, dan ekonomi. “Epilepsi bisa diderita oleh seseorang mulai dari dalam kandungan, proses bayi lahir hingga anak sudah mulai di dunia sampai perjalanannya hingga usia lanjut bisa terkena epilepsi. Tapi epilepsi salah satu penyakit yang bisa diobati dan dikendalikan," ujar dia.
Lulusan spesialis Ilmu Penyakit Saraf (neurologi) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengatakan, jumlah penderita epilepsi di dunia saat masih tinggi, terutama di negara berkembang.
Di Indonesia saja dari 237,6 juta penduduknya, diperkirakan ada sekitar 1,1 hingga 8,8 juta orang yang menderita epilepsi. Sedangkan untuk insidennya bisa terjadi sekitar 50-70 kasus per 100 ribu penduduk.
“Sama seperti negara-negara lainnya, di Indonesia prevalensi untuk penyandang epilepsi pada usia anak-anak lebih banyak ketimbang usia dewasa. Namun biasanya akan sedikit naik kembali pada usia lanjut," ujar dia.
Kepada Elva Setyaningrum, perempuan kelahiran Jakarta, 3 Desember 1968 ini menceritakan seputar epilepsi, penyebab, gejala hingga pengobatannya. Ibu 3 anak ini juga memberikan petunjuk, pertolongan pertana yang harus dilakukan bila seseorang terserang epilepsi. Berikut petikannya.
Sebenarnya apa penyebab epilepsi?
Epilepsi adalah gangguan listrik di otak yang disebabkan antara lain oleh kerusakan jaringan, seperti tumor, akibat gejala sisa dari suatu penyakit infeksi, cedera kepala, gangguan pembuluh darah diotak atau cacat lahir.
Namun, ada pula kasus epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui atau karena faktor genetik.
Sebenarnya, penyebab epilepsi tergantung dari fase-fase sejak dari bayi hingga dewasa. Ibu hamil yang tidak tahu ada infeksi virus yang tidak terdeteksi sehingga bisa terkena anak saat lahir. Seperti saat lahir ketuban sudah pecah dan saat lahir menggunakan vacum. Kemudian saat bayi, tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya dan ada gangguan pada otak.
Selanjutnya, kalau anak-anak terkena infeksi otak, seperti yang disebut meningitis, radang selaput otak atau radang otak, juga risiko menjadi epilepsi.
Kalau meningkat remaja mungkin faktor risikonya beda lagi, seperti kecelakaan atau tawuran. Hati-hati risiko pukul-pukulan atau tumor otak juga bisa menimbulkan epilepsi. Kalau sudah usia lanjut, penyebabnya bisa sekuler atau penyakit pembuluh darah, seperti stroke.
Bagaimana mengenali seseorang menderita epilepsi?
Kalau orang awam mengetahuinya, bahwa epilepsi adalah kejang-kejang, keluar air liur berbusa. Itu adalah gejala epilepsi yang sering kali terjadi.
Namun sebenarnya, epilepsi itu gejalanya tidak hanya kejang-kejang saja. Bisa juga berupa bengong, atau perubahan perilaku atau seseorang seperti melihat sesuatu, mendengar sesuatu, merasakan sesuatu. Jadi banyak macamnya gejalanya. Atau bisa juga, tiba-tiba terjadi perubahan perilaku begitu saja.
Seperti apa perubahan perilakunya penderita epilepsi?
Misalnya, kalau kita ada di dalam suatu ruangan yang sama. Tiba-tiba ada satu orang mendadak perilakunya berbeda dan orang tersebut bangun mengitari meja, mungkin keliling ke sana ke sini.
Kalaupun dia duduk, maka posisinya tetap lain. Mungkin ada yang tidak menyadarinya, tapi dalam hati, pasti dia tahu. Tadi dia duduk di sini, mengapa sekarang dia ada di sana. Itu berarti baru saja terkena serangan epilepsi. Tapi jika orang yang tidak mengerti, biasanya tidak tahu kalau perubahan perilaku itu merupakan serangan epilepsi.
Adakah gejala lain epilepsi, selain kejang-kejang?
Biasanya, pada anak-anak seringkali keluhannya datang dari guru sekolah atau orang tuanya, seperti mengapa prestasi anaknya menjadi menurun. Ternyata setelah dicari tahu, anak sering melamun di kelas.
Jadi saat menerima pelajaran, tiba-tiba anak seperti hilang kesadarannya beberapa detik, kelihatan tidak bisa konsentrasi.
Hal itu terjadi karena kesadarannya terputus sesaat, tapi nanti menyambung lahi kemudian putus lagi walaupun hanya beberapa detik. Kadang-kadang berulang ulang sehingga menggangu anak menerima pelajaran secara utuh.
Saat pemeriksaan Elektro Enselo Grafi, yaitu direkam aktivitas listrik pada otaknya ternyata ada gangguan.
Bagaimana penderita epilepsi menghindari terjadinya serangan?
Kalau yang sudah terdiagnosa epilepsi harus menghindari faktor-faktor pencetus yang bisa memicu serangannya. Penderita harus mementingkan pengobatan dan harus mendapat terapi yang tepat, minum obat teratur. Penderita epilepsi harus menghindari kurang tidur dan tidak boleh bergadang. Selain itu, penderita juga tidak boleh telat makan, terlalu kepanasan dan kedinginan. Bahkan, penderita tidak boleh terlalu banyak pikiran, stres, terlalu fokus dan terlalu gembira.
Bagaimana menangani orang yang mendapat serangan epilepsi?
Sebaiknya tenang dulu dan jangan panik. Jika berada di tempat umum, kita lihat dulu ada atau tidak barang-barang berbahaya di sekitarnya.
Misalnya dia dekat yang benda-benda tajam, maka lebih baik disingkirkan. Jadi, hindarkan benturan kepalanya atau bagian tubuh lainnya dari benda berbahaya tersebut.
Kalau bajunya agak terlalu ketat, kita harus longgarkan. Lalu, miringkan kepalanya ke samping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.
Kepalanya dimiringkan atau badannya hampir setengah tengkurap dengan posisi miring. Itu untuk mencegah liurnya banyak supaya tidak tersedak untuk anak-anak.
Bagi dewasa, khawatir kalau dia terlentang maka lidahnya akan jatuh ke belakang dan menutupi jalan nafasnya sehingga dia sulit bernafas dan itu bisa membahayakan.
Biarkan kejang berlangsung. Jangan masukan benda keras apapun diantara giginya karena bisa menyebabkan gigi patah. Biasanya penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang. Berikan dia minum dan biarkan dia istirahat. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu dekat atau terluka berat, bawa segera ke rumah sakit terdekat.
Apakah penyakit epilepsi bisa sembuhkan?
Epilepsi bukanlah penyakit menular dan bisa disembuhkan. Penyakit ini bukanlah kutukan. Penyakit ini ada obatnya sehingga bisa dikendalikan. Sebenarnya epilepsi sama seperti orang berpenyakit darah tinggi atau kencing manis. Mereka harus minum obat supaya terkontrol, epilepsi juga seperti itu. Pengidapnya harus minum obat supaya lonjakan listrik di otaknya terkontrol.
Mengenai durasi minum obatnya bisa seumur hidup seperti pengidap kencing manis atau darah tinggi. Minum obatnya bisa seumur hidup, bisa tidak. Jadi kalau 2 sampai 5 tahun, minimal 2 tahun, dia tidak ada serangan sama sekali, bisa mulai diturunkan dosisnya pelan-pelan sampai nanti selesai pengobatannya.
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan bangkitan epilepsinya. Jadi kalau dia sudah mendapatkan obat yang tepat, sudah diminum teratur, maka tidak akan ada lagi bangkitannya dan dia bisa beraktivitas seperti orang normal pada umumnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved