Perang Rusia versus Ukraina telah berlangsung selama 792 hari atau 2 tahun lebih, sejak serangan pada Februari 2022.
Rusia masih gencar menyerang beberapa wilayah Ukraina. Serangan Rusia menggunakan roket dan artilerinya. Ukraina kian kewalahan menghadapi serangan tanpa henti.
Apalagi, negara-negara Barat dan sekutunya hingga saat ini masih belum memberi kejelasan terkait bantuan yang Kiev minta selama beberapa bulan terakhir.
Serangan Rusia tanpa henti ke Ukraina sejak 2 tahun lalu telah menewaskan ribuan tentara dan warga sipil.
Dilansir dari Al Jazeera, Rusia telah melancarkan sejumlah serangan ke berbagai daerah Ukraina. Terbaru, Rusia meluncurkan 31 roket dan rudal balistik ke arah ibu kota Ukraina, Kiev pada Minggu (21/4/2024). Sebanyak 17 orang dikabarkan mengalami luka berat tertimpa bangunan roboh.
Selain itu, sebanyak tiga orang tewas dan empat lainnya luka-luka akibat gempuran yang terjadi di desa Udachne, sebelah barat Donetsk.
Rusia juga menggempur beberapa titik lainnya seperti provinsi Kharkiv hingga Cherkasy. Lebih dari 7 orang dikabarkan tewas akibat gempuran Rusia menggunakan berbagai hal seperti pesawat nirawak (drone) hingga rudal balistik.
Pemerintah Ukraina dihantui anggapan bahwa Kiev gagal melindungi warga negaranya karena korban jiwa yang terus berjatuhan akibat terus-terusan diserang Rusia.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) (OHCHR), Kamis (15/2/2024), menyebutkan, sebanyak 30.457 penduduk sipil tewas akibat gempuran Rusia.
Selain itu, dilansir dari Statita, sebanyak 19.875 warga dikabarkan mengalami luka berat karena agresi tersebut.
OHCHR meyakini bahwa korban akan terus bertambah seiring dengan serangan Rusia yang semakin menjadi-jadi.
Hubungan diplomatik antara Rusia dengan negara sekutunya kian mesra. Misalnya China dengan Rusia telah menandatangani sejumlah perjanjian dagang hingga politik.
Presiden China Xi Jinping telah melawat ke Moskow pada tahun lalu untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kedua pemimpin negara berbicara perihal hubungan politik hingga mengungkap bahwa 'rasa saling percaya politik antar negara semakin dalam'.
Dampak dari perang yang terjadi juga menyebabkan huru-hara politik di dalam Rusia hingga Ukraina.
Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky dikabarkan mengundurkan diri di tengah penyelidikan kasus dugaan keterlibatan korupsi dalam akuisisi tanah ilegal milik negara senilai US$7 juta.
Lalu, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa 'beberapa lusin' senjata nuklir taktis Rusia telah dikerahkan ke Belarus. Hal ini dapat memungkinkan keterlibatan Belarus terhadap perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.
Terlepas dari itu, Amerika Serikat (AS) pada April ini berhasil menyetujui bantuan dana senilai US$95 miliar yang siap dikirim ke negara-negara sekutunya seperti Ukraina, Israel, dan Taiwan.
Ukraina yang menjadi sekutu AS pun mendapat cipratan bantuan berupa paket senjata baru senilai US$6 miliar.
Beberapa bantuan lainnya berupa paket berisi amunisi artileri, drone, hingga rudal jarak jauh juga dikirim oleh AS demi menyokong Kiev melawan Rusia. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved