Sejak awal berdirinya Pertamina Energy Trading Limited (Petral), memang sudah mengundang kecurigaan. Perusahaan ini menjadi tempat bancakan dari mafia migas. Itulah alasan, mengapa anak usaha PT Pertamina itu lebih baik dibubarkan.
Demikian cerita yang disampaikan mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Faisal Basri, dalam rapat dengar pendapat umum di Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (20/05) malam.
Rapat itu dimulai pada Pukul 19.30 WIB di Ruang Rapat Komisi VII DPR dan dipimpin Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika serta dihadiri 18 Anggota Komisi.
Dalam rapat itu, Faisal menerangkan tentang sejarah berdirinya Petral. Ia mengatakan, Petra Grup awalnya berdiri tahun 1969 di di Bahama, Amerika Serikat. “Didirikan Pertamina dan sebuah perusahaan Amerika Serikat dengan nama Petra Group dengan tujuan ekspor minyak,” ujar dia.
Faisal menambahkan, pada tahun 1978, terjadi reorganisasi besar-besaran perusahaan migas. Petra Grup berganti nama menjadi Petra Oil Marketing Limited yang berbasis di Hong Kong.
Faisal mengatakan, pada saat pindah ke Hong Kong, kroni-kroni Soeharto masuk ke Petral. “Mereka (kroni) tidak disebut mafia karena namanya ada di akte perusahaan. Bedanya itu saja, karena di Zaman Pak Soeharto tidak disebut mafia karena nama-namanya ada. Nama pemegang sahamnya ada terang benderang. Sekarang tidak ada mereka (kroni-kroni itu)," tambah Faisal.
Ditambahkannya, pada September 1998, Pertamina mengambil alih seluruh saham Perta Group. Pada Maret 2001, atas persetujuan pemegang saham, perusahaan berubah nama menjadi Pertamina Energy Trading Limited (Petral), yang berperan sebagai trading and marketing arm Pertamina di pasar internasional.
“Pada 1998, Presiden Soeharto lengser, Petra Group dibeli sahamnya seluruhnya oleh Pertamina. Kemudian didirikanlah Petral, yang kemudian membentuk anak usaha bernama Pertamina Energy Services Pte Limited (PES)," ungkapnya.
Faisal menyebut, PES ini kemudian dijadikan bahan bancakan oleh mafia migas. “Makanya ya sudah, diamputasi saja PES itu, kira-kira begitu ceritanya mengapa Petral dibubarkan," ujar Faisal.
Dalam rapat tersebut, hampir seluruh anggota Komisi VII DPR mendesak agar Faisal mengungkap bagaimana permainan mafia dan siapa orang yang ditudingnya sebagai mafia tersebut.
Namun Faisal memilih bungkam. "Kalau saya sebutkan, risiko ada di saya. Bukan berarti saya pengecut, tapi kalau saya sebutkan sekarang mereka bisa mempersiapkan diri lalu saya dituduh mencemarkan nama baik," dalihnya.
Meski demikian, Faisal mengatakan, semua nama dan bukti awal sudah sepenuhnya diserahkan ke pihak penegak hukum. Pembuktian nama-nama tersebut akan dilakukan oleh aparat penegak hukum, dengan bukti yang lebih lengkap.
Faisal juga meluruskan anggapan bahwa tim yang dulu dipimpinnya bertujuan untuk memberantas mafia migas. “Sekedar untuk kejelasan saja, nama tim ini bukan Tim Anti Mafia Migas, melainkan Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi. Tugas kami bukan memberantas mafia, tapi memperbaiki tata kelola migas, kalau tata kelola lembaganya beres, mafianya tidak akan bisa berkutik," ungkap Faisal.
Didesak anggota-anggota Komisi VII DPR tentang keabsahan data yang digunakan ia dan timnya, terutama bukti adanya permainan mafia di sektor migas, Faisal mengaku data yang didapatkan timnya sebagian diperoleh dengan cara mencuri. “Saya nyolong Pak! Kalau kami kerja resmi, kami nggak akan dapat apa-apa, jadi kami nerobos," ujar Faisal.
© Copyright 2024, All Rights Reserved