Gen Z tak lagi tertarik melakukan pencarian lewat Google. Generasi yang lahir mulai tahun 1997 hingga 2012 itu mulai beralih ke platform yang lain untuk mencari informasi.
Mark Shmulik, analis internet di Bernstein Research, menyebutkan kelompok Gen Z dan generasi yang lebih muda beralih ke platform lain untuk mencari informasi.
"Selamat tinggal Google. Audiens yang lebih muda melakukan 'pencarian', bukan 'googling'," kata Shmulik, seperti disampaikannya dalam Business Insider, dikutip Senin (16/9/2024).
Bernstein, merujuk survei yang dilakukan oleh Forbes Advisor dan Talker Research terhadap 2.000 orang Amerika. Hasil survei tersebut menyebutkan, sebanyak 45 persen Gen Z cenderung menggunakan pencarian di platform seperti TikTok maupun Instagram, alih-alih Google.
Sementara itu, hanya 35 persen generasi millennial yang melakukan pencarian di TikTok maupun Instagram, Gen X 20 persen, dan generasi Boomers 10 persen.
Bahkan ketika Gen Z semakin dewasa, mereka semakin mengandalkan media sosial sebagai mesin pencarian utama mereka.
Melansir dari Lonelybrand, Gen Z adalah generasi perintis yang tumbuh dengan ponsel pintar. Hal ini membuat kelompok usia ini terbiasa memanfaatkan beragam platform untuk mengumpulkan informasi.
Selain itu, ada tiga alasan yang membuat kelompok ini tak lagi mengandalkan Google Search sebagai mesin pencari.
Pertama, terdapat platform khusus yang memenuhi kebutuhan secara spesifik. Gen Z tidak hanya mencari informasi semata, mereka membutuhkan sesuatu yang menarik, relevan, dan secara khusus dibuat untuk satu hal. Contohnya, jika mereka ingin mengetahui review produk maka mereka akan membuka TikTok. Platform video singkat ini memiliki banyak kreator konten yang dapat mengulas suatu produk dengan jujur.
Kedua, pengaruh media sosial. Media sosial seperti TikTok lama-kelamaan berubah menjadi platform yang penuh informasi. Gen Z sering menggunakan TikTok untuk mencari produk baru, melihat-lihat tentang hobi, bahkan materi edukasi. Apalagi TikTok juga memiliki algoritma yang menyesuaikan konten dengan kegemaran penggunanya.
Ketiga, tampilan Google yang semakin berantakan. Akhir-akhir ini, Google makin banyak mengadaptasi iklan dan konten bersponsor. Google yang dulunya memiliki tampilan bersih dan user-friendly, kini berubah menjadi membingungkan. Pengguna sering mendapati banyak iklan dan konten yang non-relevan saat mencari informasi.
Sementara, kebutuhan Gen Z adalah informasi cepat dan tepat, menyediakan informasi tanpa distraksi. Gen Z mengutamakan pengalaman yang lancar dan minim iklan saat mencari informasi.
Selain ketiga hal tersebut, tren AI yang tumbuh pesat usai generative AI ChatGPT, yang dibuat oleh OpenAI, menarik perhatian publik di akhir 2022. AI generatif berbasis teks tersebut kemudian memicu gelombang adopsi GenAI besar-besaran dari berbagai perusahaan.
Beberapa orang sudah tak begitu asing dengan istilah-istilah yang menempel pada teknologi AI, seperti prompt dan machine learning. Namun, masih banyak juga istilah yang lebih teknis sehingga tak banyak yang familiar.
Inovasi ini memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan yang lebih kompleks dan bersifat percakapan dan menerima jawaban yang terperinci secara instan-menghilangkan kebutuhan untuk menavigasi beberapa halaman web.
Chatbot semakin banyak digunakan dalam aplikasi dan situs web, memberikan jawaban yang dipersonalisasi yang disesuaikan dengan pertanyaan pengguna. Informasi yang disesuaikan dan langsung ini adalah area di mana Google telah berjuang, terutama dengan modelnya yang penuh iklan.
Perkembangan teknologi AI yang makin masif dan platform media sosial yang makin atraktif membuat Google Search semakin tak relevan untuk kelompok usia Gen Z. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved