Sebagai anggota organisasi perdagangan internasional atau World Trade Organization (WTO), Indonesia konsisten mengikuti aturan perdagangan global. Sejumlah aturan terus diperbaiki mengikuti perkembangan regulasi WTO.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan, Syukur Iwantoro mengatakan, Kementan merevisi beberapa aturan dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) terkait impor yang disesuaikan dengan aturan WTO.
Di antaranya, terkait rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) dalam Permentan Nomor 38 Tahun 2017 menjadi Permentan Nomor 24 Tahun 2018. Revisi juga dalam upaya menjamin penyerapan produksi petani dalam negeri agar tidak kalah dari produk impor.
Dijelaskan, ada 9 aturan yang diubah. Di antaranya, pembatasan periode permohonan dan masa berlaku persetujuan impor produk hortikultura. Selain itu, pelarangan perubahan data jenis, jumlah produk dan pelabuhan masuk serta asal negara. Ada juga persyaratan realisasi impor sebesar 80 persen pelarangan atau pembatasan impor produk hortikultura pada masa panen.
“Kemudian, persyaratan kapasitas dan kepemilikan fasilitas penyimpanan, pembatasan penggunaan penjualan dan distribusi produk impor. Ada juga referensi harga cabai dan bawang merah segar untuk konsumsi, produk hortikultura tidak dapat diimpor setelah 6 bulan masa panen, rezim perizinan impor produk hortikultura,” paparnya.
Syukur mengatakan, pembenahan regulasi ini juga dikonsultasikan dengan perwakilan WTO di Indonesia. Karena itu, ia membantah tudingan bahwa Indonesia tidak mematuhi WTO. Seperti diketahui, aturan tersebut diadukan oleh beberapa negara, seperti Amerika Serikat karena dianggap tidak sesuai dengan aturan WTO.
“Kami sudah melakukan diskusi dengan Dirjen WTO dan yang pasti kami akan tetap konsisten mengikuti aturan-aturan di WTO, kecuali kalau Indonesia keluar dari keanggotaan di WTO,” katanya kepada politikindonesia.com di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (20/08).
Syukur menambahkan, meski ada perubahan aturan, pihaknya menjamin, Indonesia tidak akan kebanjiran produk impor. Sebab, dalam revisi tersebut, pihaknya juga mendorong efisiensi distribusi produksi.
"Kita akan terus meningkatkan efisiensi. Itu yang sedang kita dorong. Misalnya, sektor peternakan didorong tingkatkan perbaikan pakan. Efisiensi distribusi, artinya distribusi jauh lebih pendek dari luar. Makanya, kita harus perbaiki teknis jadi regulasi luar karena kita anggota WTO harus sesuai," imbuhnya.
Lebih jauh, perbaikan regulasi ini bertujuan untuk membangun sistem produksi di tingkat petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Meski demikian, pihaknya terus berusaha memperbaiki manajemen pertanian agar lebih efisien dan mampu bersaing di pasar global
“Apapun alasannya kami terus upayakan agar pembangunan pertanian Indonesia tetap menargetkan kedaulatan pangan bangsa dan rakyat Indonesia. Apalagi, Indonesia sebagai bagian dari warga global akan terus konsisten mengikuti aturan yang berlaku di tingkat global. Meski demikian kemandirian dan kedaulatan pangan Indonesia merupakan prioritas,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Syukur, pihaknya akan berupaya meningkatkan efesiensi teknologi serta profesionalisme para petani guna mendorong kualitas. Hal itu dilakukan dengan pembinaan, pelatihan, dan penyuluhan. Dengan begitu, ia berharap produksi pertanian dalam negeri tidak akan kalah dari produk impor dan menjamin penyerapannya.
"Yang jelas kalau kita sudah meningkatkan efisiensi dan sebagainya berarti kita bisa menekan dan mampu menghasilkan produk yang harganya bersaing dalam negeri maupun luar negeri. Itu target akhir yang ingin kita capai," ungkap dia.
Selain itu, Syukur menjelaskan langkah mendorong profesionalisme petani juga dilakukan dengan memberikan program magang ke luar negeri seperti Jepang dan New Zealand. Diharapkan program tersebut bisa membuat karakter petani yang lebih tangguh dalam berusaha dan bisa menyebarkan ilmu di dalam negeri.
"Kemudian yang berprestasi diberikan penghargaaan. Petani-petani yang muda yang berprestasi kita kirim ke luar negeri kita kirim magang ke Jepang, New Zealand dan begitu kembali dia akan memberikan motivasi," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved