Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbang Kementan) merilis hasil inovasi teknologi terbaru, berupa pupuk hayati bernama Agrofit dan AgroDekol. Melalui pupuk berbasis mikroba aktif, petani berpeluang menekan penggunaan pupuk kimia khususnya pada lahan sub optimal (LSO) atau marginal. Sehingga upaya peningkatan swasembada padi, jagung dan kedelai bisa segera terealisasi.
Kepala Balitbang Kementan M.Syakir mengatakan, pihaknya memberikan solusi untuk pengembangan pertanian di lahan marginal seperti tadah hujan, lahan kering, lahan rawa dan pasang surut. Pada jenis lahan ini umumnya memiliki unsur hara dan produktivitas hasil tanaman yang rendah.
"Namun, melalui penggunaan pupuk hayati berbasis mikroba aktif, kesuburan dan kesehatan tanah dapat dipulihkan. Selain itu juga memungkinkan kandungan organiknya. Sehingga lahannya bisa diolah cepat. Pupuk tersebut sudah kami ujicobakan pada tanaman jagung dan bawang merah, hasilnya cukup optimal," katanya kepada politikindonesia.com di Kantor Balitbang Kementan, Jakarta, Selasa (08/03).
Menurutnya, hasil inovasi teknologi pupuk hayati bernama Agrofit karena mengandung gabungan beberapa bakteri di dalam jaringan tanaman. Bentuknya dikemas dalam serbuk. Sementara biodekomposer AgroDekol merupakan mikroba yang berperan mempercepat dekomposisi bahan organik dari sisa-sisa tanaman menjadi kompos.
"Sehingga dapat menyediakan unsur hara, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuan menyimpan air serta aktivitas biologi tanah. Sebab pupuk hayati dan biodekomposer berpeluang untuk meningkatkan provitas komoditas pertanian baik di lahan optimal maupun di LSO," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Edi Husen menambahkan luas LSO yang tersedia saat ini sekitar 33,4 juta hektar (ha) yang terdiri atas 25,8 juta ha lahan kering dan 7,6 juta ha. Untuk, luas LSO padi di lahan rawa produktivitasnya rata-rata bisa mencapai 2-3 ton gabah kering giling (GKG/ha). Sementara, lahan sawah tadah hujan sebesar 3-4 ton GKG/ha.
"Sedangkan produktivitas rata-rata lahan sawah nasional lebih tinggi yaitu 5,3 ton GKG/ha. Padahal di lahan sawah intensif di Pulau Jawa, rerata produktivitas padinya dapat mencapai 12 ton/ha. Kesenjangan ini harus diselesaikan dengan meningkatkan kesuburan LSO dengan menggunakan pupuk hayati dan biodekompesor," ungkapnya.
Dijelaskan,dalam uji coba tanaman jagung dan bawang merah dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia jenis NPK hingga 50 persen. Adanya rekayasa genetika ini, produktivitas tanam kedua komoditas yang diujicobakan diantaranya di demfarm di Lampung meningkat antara 24 hingga 35 persen.
"Sedangkan pada aplikasi AgroDekol, mempercepat proses dekomposisi biomassa tanaman dalam waktu 7-14 hari. Sementara, melalui cara konvensional membutuhkan waktu lebih dari 30 hari. AgroDekol pada limbah pabrik gula efektif menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan mengurangi bau busuk," ucapnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved