Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudi Sadewa, menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sulit tumbuh di atas 5%.
Purbaya mengatakan, pada zaman mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ekonomi Indonesia bisa tumbuh mendekati 6%.
Namun kemudian, pada era Jokowi, pertumbuhan ekonomi rata-rata hanya berada di kisaran 5% dan tidak turun.
"Hitungan apa pun harusnya perkembangan kami lebih cepat, saya lihat data-data lagi, saya periksa laju pertumbuhan kredit 10 tahun lalu hampir 20% lebih sekarang on average 7%," kata Purbaya dalam pemaparannya di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).
Menurut Purbaya, sejauh ini pemerintah hanya membangun ekonomi sendirian tanpa melibatkan sektor syariah, perbankan, swasta. Padahal seharusnya sektor keuangan dan swasta perlu dilibatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Itu salah kebijakan pemerintah sendiri, bapak kerja sendirian. Engga bisa begini pak. Tapi mengubah itu, tidak terlalu mudah. Ini paradigma para pengambil kebijakan moneter itu berlaku juga bagi LPS dan BI," jelas Purbaya.
Untuk itu, dalam upaya tersebut Purbaya mendorong pentingnya pemerintah untuk melibatkan sektor finansial dan swasta dalam petumbuhan ekonomi Indonesia.
Purbaya mengatakan, dengan keterlibatan swasta dan finansial, pertumbuhan konsumsi RI bisa kencang sekali hingga 5%-6%, serta dapat mendorong perekonomian.
Selain itu, Purbaya juga menilai adanya keganjilan di belanja pemerintah yang besar-besaran. Menurutnya, belanja pemerintah besar tetapi sisanya di akhir tahun tetap besar.
"Masih aja tidak terpakai mungkin Rp600 juta sampai Rp700 juta setiap tahun selama 5 tahun terakhir," kata Purbaya.
Purbaya memperkirakan mungkin ini sulit karena hal birokrasi. Untuk itu diperlukan perbaikan SDM untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 6%-7%. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved