Meski kemarau panjang melanda Jawa Timur di sepanjang tahun ini namun tidak berpengaruh terhadap produksi padi. Sebab berdasarkan Angka Ramalan II tahun 2014, produksi gabah kering giling (GKG) diperkirakan mencapai 12,31 juta ton. Angka ini berarti naik sebesar 258.360 ton dari 12,05 juta ton pada tahun 2013.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Jawa Timur, Achmad Nurfalakhi, mengatakan, pada musim kemarau tahun ini, proses fotosintesis menjadi sempurna. Sehingga produksi padi lebih bagus. Sinar matahari yang sempurna juga menyebabkan kelembapan tanah di daerah pertanian lebih bagus.
“Dampak positifnya, serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) lebih rendah," kata Achmad, Selasa malam (04/11).
Achmad mengungkapkan pada tahun lalu lahan yang mengalami gagal panen lebih luas. Selain akibat kekeringan, puso juga disebabkan banyaknya lahan yang kebanjiran dan serangan OPT. “Kalau sekarang, lahan puso hanya disebabkan kekeringan saja,” ujar Achmad.
Menurut Achmad, meski saat ini musim kemarau namun kondisi air di lahan pertanian, cukup. Termasuk untuk tanaman kedelai dan jagung. Diperkirakan, hasil panen akan meningkat.
Hingga 15 Oktober, lahan padi yang mengalami gagal panen hanya sekitar 601 hektare dari total 3.874,3 hektare lahan padi yang kekeringan. Sementara lahan jagung yang mengalami gagal panen sekitar 155 hektare dari total lahan jagung yang kekeringan seluas 489,25 hektare. Lahan kedelai tidak ada yang mengalami puso karena pasokan air masih cukup.
Sementara, Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, Sairi Hasbullah, mengatakan, produksi tanaman pangan, khususnya padi tidak terpengaruh oleh musim kemarau panjang yang melanda Jatim saat ini. Produktivitas lahan padi di Jatim tahun ini mencapai 59,86 kuintal per hektare, naik 0,71 kuintal atau 1,20 persen dibanding tahun lalu yang di kisaran 59,15 kuintal per hektare.
"Kenaikan yang signifikan ini terjadi pada periode Januari hingga Agustus atau pada subround I dan subround II," ujar Sairi.
Di subround I, yakni Januari-April produksi padi mengalami kenaikan sebesar 142.350 ton atau 2,33% dan pada subround II periode Mei-Agustus, produksi padi kembali naik sebesar 236.270 ton atau sebesar 6,08%.
“Hanya pada subround III periode September-Desember, produksi padi mengalami penurunan. Diperkirakan penurunan mencapai 120.250 ton GKG atau sebesar 5,88%,” kata Sain.
Sain menyebutkan beberapa daerah yang mengalami kenaikan produksi padi di antaranya, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Madiun dan Tulungagung. Sementara daerah yang mengalami penurunan produksi di antaranya, Malang, Sumenep, Situbondo, Ngawi dan Probolinggo.
“Kenaikan panen padi pada subround I dan II karena adanya curah hujan yang cukup di akhir 2013 dan awal 2014 sehingga petani menanam padi pada musim itu,” kata Sain.
© Copyright 2024, All Rights Reserved