Indonesia memiliki ragam buah dan sayuran yang berlimpah untuk memenuhi asupan nutrisi sebagai sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Ironisnya, tingkat konsumsi sayur dan buah masyarakat ternyata masih rendah. Terutama pada anak-anak.
“Hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyatakan, masih banyak penduduk yang tidak cukup mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan,” terang Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek saat peringatan Hari Gizi Nasional 2017 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (25/01).
Mengutip data Riskesdas tersebut, Menkes mengatakan, sebanyak 93,5 persen penduduk usia kurang dari 10 tahun mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dibawah anjuran. Padahal, konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang.
Itulah alasan Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 Januari tersebut, pada tahun ini mengangkat tema besar “Peningkatan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat”.
Perempuan kelahiran Jakarta, 11 April 1949 ini mengatakan, persoalan gizi memiliki dampak yang luas. Tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktifitas optimal. "Masalah gizi buruk, stunting dan lainnya masih membutuhkan semangat yang lebih fokus," ujar dia.
Kepada Elva Setyaningrum, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini berbicara seputar Hari Gizi Nasional dan kampanye yang dilakukan Kementerian Kesehatan. Berikut petikannya.
Apa tema peringatan Hari Gizi Nasional tahun ini?
Pada Hari Gizi Nasional 2017 ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengajak setiap masyarakat Indonesia untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan buah-buahan. Ayo makan buah dan sayuran yang merupakan sumber berbagai vitamin, mineral dan serat pangan.
Hal ini sejalan dengan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang fokus pada tiga poin, yakni memeriksa kesehatan rutin, melakukan aktivitas fisik dan mengkonsumsi buah dan sayuran.
Apa manfaat buah dan sayuran?
Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang cukup, berperan dalam menjaga tekanan darah, kadar gula dan kolesterol tetap normal. Sehingga mengkonsumsi sayur dan buah bagi masyarakat Indonesia menjadi sangat penting.
Sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang. Karena itu saya ingin mengajak masyarakat untuk mengonsumsi beragam sayuran dan buah nusantara yang ada dan banyak tersedia di daerah lokal.
Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak.
Orangtua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orangtua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi .
Apa tanda-tanda anak kurang gizi?
Tanda-tanda kurang gizi pada anak, di antaranya bisa disebut sebagai kurang energi protein. Pada tahap ini, belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal.
Selain itu, kurang energi protein sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan normal. Bahkan, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat dan warna rambut berubah agak kemerahan.
Kurang gizi juga bisa terjadi pada anak di usia Bawah Lima Tahun (Balita). Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan.
Jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama.
Apa faktor penyebab kurang gizi?
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kekurangan gizi. Di antaranya jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengaruhi. Perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi.
Apa langkah pemerintah memperbaiki gizi penduduk Indonesia?
Dalam meningkatkan angka gizi penduduk Indonesia, pemerintah berupaya memberikan pandangan mengenai paradigma sehat kepada masyarakat melalui usaha promotif dan preventif. Dari dari angka Pemantauan Status Gizi dari PSG menunjukkan, kasus stunting mengalami penurunan. Mulai dari 37 persen menjadi 29 persen pada tahun lalu. Sedangkan, data UNICEF menunjukkan 29,6 persen dan pada 2016 menurun menjadi 27,5 persen.
Meski angka stunting menurun, PR kami belum berhenti di sini saja. Karena kurangnya nutrisi ini berdampak pada penyakit tidak menular pada masyarakat Indonesia.
Terbukti dari era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyakit tidak menular ini menjadi momok bagi bangsa kita. Betapa banyaknya pengeluaran BPJS untuk penyakit tidak menular ini. Faktor risiko ini dapat berkaitan dengan gaya hidup masyarakat.
Hari Gizi Nasional, apa pesan anda?
Pada Hari Gizi Nasional 2017 kali ini, Kemenkes menyampaikan imbauan kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan tiga hal. Yaitu, melakukan aktivitas fisik, makan sayur dan buah, serta rutin memeriksa kesehatan. Dengan demikian pantauan gizi setiap orang terpantau dan tercukupi dengan baik, mulai dari bayi, anak, dewasa dan juga ibu hamil.
Kami pun ingin sekali masyarakat dapat memenuhi porsi harian sayur dan buah. Setidaknya, cara ini memampukan masyarakat untuk mencegah stunting dan menjaga nilai kecukupan nutrisi mereka.
© Copyright 2024, All Rights Reserved